Langsung ke konten utama

[Kuliner Bogor] Yummy! Nikmatnya Nasi Uduk Ayam Bakar Resep Oma di Waroenk Talubi


Sampurasuuun Bogorian! Siapa nih yang sering melancong ke pusat kuliner Kota Bogor di Jalan Surya Kencana? Nah sudah tahu belum kalau di sana ada primadona kuliner baru yang akan menggoyang lidah kita karena kenikmatan menunya yang bisa dibilang ... “Lain ... dari pada ... yang ... lain” (sambil niruin gaya Feni Rose hahaha)

Adalah Waroenk Talubi, sebuah restoran yang menyajikan menu andalan Nasi Uduk Ayam Bakar Talubi yang  merupakan resep leluhur lebih dari 100 tahun dan diwariskan secara turun temurun kepada cucu-cucu sang OMA. Waroenk Talubi merupakan cabang bisnis dari Bika Bogor Talubi (oleh-oleh khas bogor) yang terlebih dulu populer sejak tahun 2014.

“Hmmm, by the way OMA itu siapa ya?”

Jadi, OMA adalah buyut dari sang Owner yang merupakan kreator di balik menu-menu istimewa di Waroenk Talubi. Masakan sang OMA yang sangat enak menginspirasi cucu-cucunya untuk membangun sebuah restoran agar banyak orang yang juga bisa merasakan menu-menu kreasi beliau yang nikmat. Berdirinya Waroenk Talubi juga sebagai salah satu bentuk kangen mereka terhadap sosok OMA. Tak tanggung-tanggung, restoran ciamik dua lantai dibangun di Jalan Surya Kencana dan menjadi magnet baru bagi para pecinta kuliner.

Launching Waroenk Talubi

               
Alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan istimewa untuk menghadiri acara Grand Launching Waroenk Talubi sekaligus mencicipi menu Nasi Uduk Ayam Bakar Talubi pada tanggal 28 April 2018. Saya datang bersama Sisca, Raster, Robi serta teman-teman dari komunitas Blogger Bogor. Di hari yang sama dengan kedatangan pertama kami, Waroenk Talubi ‘gila-gilaan’ berbagi kebaikan dengan membagikan 1000 piring gratis Nasi Uduk Ayam Bakar Talubi sebagai ucapan rasa syukur. “Cukup bayar pakai doa saja”, begitulah kira-kira kalimat yang tertera di banner promonya. Dengan doa, khusus di hari itu 1000 orang sudah bisa mencicipi kasih sayang sang OMA yang tersaji di dalam menu-menunya.

Suasana antrian 1000 piring gratis
Menuliskan doa
Ratusan orang mengantri dengan tertib di lantai satu sambil membawa doanya masing-masing dan menuliskannya di sebuah kertas kecil. Sedangkan di lantai dua, saya dan teman-teman lain sedang asyik mengulik informasi yang dipaparkan oleh Mbak Ellen, salah satu keturunan OMA.

Bincang-bincang bersama Mbak Ellen.
“Karena doa itu bener-bener support kita banget.”  Ungkapnya saat ditanya soal promo bagi-bagi 1000 piring nasi uduk ayam bakar gratis untuk umum.

“Aku yakin setelah (membagikan) 1000 piring gratis ini orang akan merasakan kenikmatannya, dia akan The Power of Mouth, dia akan bilang ke teman-temannya untuk datang ke Talubi cobain ayam bakar ini, karena ayam bakarnya tuh khas, kalau menurut aku sih belum ada di Bogor. Ada terasinya, abis itu dibakar, babatnya pun tidak amis karena pakai resep OMA.” Tambahnya.

Saat ditanya soal resep rahasia khususnya asal terasi yang digunakan, sayangnya Mbak Ellen enggan membeberkan karena resep OMA yang sifatnya rahasia, cukup cita rasa enaknya yang boleh dipublikasikan, hehehe.

“Terasi itu beda-beda. Jadi saya sudah cobain terasi dari berbagai kota itu rasanya beda. Jadi kita langsung ambil dari orang yang produksi.”

“Dan dalam rangka menyambut ramadhan ini kita juga terus-terusan akan bikin CSR juga. Akan kirim makanan ke panti-panti, biasanya Bika Bogor Talubi juga ngirim cake ke panti asuhan, dan lain-lain.” Tambahnya.

Icip Icip Time


Salah satu yang ditunggu-tunggu adalah mengajak lidah saya berkenalan dengan menu Nasi Uduk Ayam Bakar Talubi yang tersaji di paket menu ‘Kangen OMA’. Menu ini berisi satu potong ayam yang cukup besar, satu porsi nasi uduk yang dibalut daun pisang dengan taburan bawang goreng di atasnya, tahu dan tempe serta satu piring kecil sambal goreng. Tak lupa segelas teh hangat sebagai minumannya.

Salah satu yang unik dari sajian di Waroenk Talubi adalah penggunaan piring jadul alias jaman dulu berupa piring kaleng berwarna putih yang dicat di sekeliling bibir piringnya. Serasa makan di frekuensi waktu yang berbeda deh, hehehe.


Pertama, saya tertarik mencoba nasi uduknya. Mmmmhhh ... aroma harum khas nasi uduk menyeruak masuk ke hidung seketika. Entah kenapa, dari dulu saya senang dengan nasi uduk yang bungkusnya dibalut daun pisang. Buat saya terlihat lebih enak dan lebih menggoda. Selain itu, lebih sehat pula. Akhirnya saya mencoba suapan pertama nasi uduk yang seolah ngebet minta diicip sedari tadi.


Nyam nyam nyammm ... nasinya masih hangat ternyata. Tekstur nasinya pulen pake banget dengan tingkat kematangan yang buat saya sangat pas. Tidak terlalu lembek dan terlalu keras/ kering. Nasi putihnya langsung melt di mulut dan nggak perlu usaha keras untuk mengunyahnya karena sudah lembut teksturnya. Rempah santannya cukup terasa sehingga nasi uduknya terasa gurih. Tak lupa cita rasa khas sereh dan salam yang menambah gairah makan. Dioles sambalnya jadi jauh lebih maksyus. Yummy!

Selanjutnya saya mencoba sang Ayam Bakar yang konon memakai racikan bumbu rahasia itu. Penasaran, seenak apa sih menu kreasi sang OMA. Dari luar, tampak sepotong dada ayam berlumur bumbu berwarna kemerahan dengan beberapa bagian berwarna cokelat dan hitam karena bekas dipanggang. Dari tampilannya, saya kira si ayam ini tidak diracik menggunakan kunyit seperti ayam bakar pada umumnya. Tapi entahlah, yang penting dari segi warnanya sudah menggoda. Akhirnya saya mencoba suwiran pertama dari dada ayam tersebut dan mengoleskan sambel di atasnya, lalu mulai mengunyahnya pelan-pelan.

nyam ... nyam ... nyam ...

Terasa ada sesuatu yang berbeda di mulut saya. Sebuah cita rasa baru yang memicu saya untuk menjadi seperti Plankton di serial kartun Spongebob yang punya niat mencuri resep rahasia sang OMA. Abisnya enak pake banget siiihhh!

Ayamnya dipanggang dengan kematangan yang pas. Tidak terlalu basah dan tidak terlalu gosong. Tidak ada aroma bau asap. Yang ada hanyalah aroma khas ayam panggang dengan sentuhan bumbu terasi yang tidak menyengat. Bumbu terasi inilah yang buat saya membuat menu racikan OMA beda daripada yang lain. Lebih gurih nikmat pastinya.  Ayamnya juga lembut dan berdaging tebal. Rasa gurih dan manis dan pedas dari si sambal berpadu jadi satu. Jodoh yang paling tepat buat si nasi uduk yang super pulen itu.



“Ini adalah ayam panggang yang paling bisa diterima di lidah gue.” Celetuk Sisca setelah mencoba menu ayam panggang

“Lha, emang kenapa Sis?”

“Gue tuh nggak suka ayam bakar sebenernya. Gimana yah, nggak suka ada item-itemnya gitu. Tapi ini gue suka. Nggak bau asep.”

Satu lagi yang enak yaitu cita rasa tahu tempenya. Tahunya bukanlah tahu biasa melainkan tahun Yun Yi yang terkenal dengan teksturnya yang legit dan rasanya yang nikmat. Tempenya juga nggak kalah dong walaupun digoreng sederhana seperti di rumah sendiri, tapi si tempe ini cocok banget masuk anggota geng menu ‘Kangen OMA’.

Sejujurnya, resep OMA ini mengingatkan saya akan kenangan bersama almarhum nenek saya. Terbayang ketika kecil dulu, saya sering duduk di dapur melihat nenek memasak. Masakannya enak sekali. Salah satu favorit saya adalah urap daun singkong buatannya. Harusnya saya belajar bikin urap selagi beliau masih hidup serta ikut merekam jejak kreasi masakannya. Kali aja bisa bikin restoran resep nenek suatu hari nanti, hehehe.

Raster, Sisca, Robi, Azizah.
Bersama Blogger Bogor
Tempat yang cozy bernuansa klasik modern



Kalau soal menu dan rasa, saya sepakat kalau Nasi Uduk Ayam Bakar Talubi punya racikan bumbu yang lain dari pada yang lain. Nah, menu yang enak ini didukung oleh tempat yang cozy dan nyaman untuk kumpul bareng teman maupun keluarga.

Di lantai satu terdapat store Bika Bogor Talubi yang menyediakan beragam cemilan dan oleh-oleh khas Bogor (puding kesukaan saya juga ada di sana, hahaha). Lalu di sekat lain terdapat beberapa meja Waroenk Talubi dengan design dinding yang ciamik. Juga sebuah tempat untuk memesan dan membayar makanan.





Tempat favorit saya adalah di lantai dua karena lebih luas dan lebih catchy tentunya. Yang unik dari restoran Waroenk Talubi adalah perpaduan antara nuansa klasik dan modern yang di-mix menjadi satu. Di beberapa titik ruangan, terpasang speaker yang selalu mengumandangkan lagu-lagu lama khas 80-an dan 90-an. Mulai dari lagu-lagu Dian Piesesha, Nike Ardilla, Nia Daniati, dan masih banyak lagi. Serasa di bawa ke masa lampau. Waktu itu sih kami ditemenin sama lagu berjudul ‘Payung Fantasi’ dari Hendri Rotinsulu yang bikin suasana makan semakin asyik.

Lenggang mengorak menarik hati serentak
Hey-hey siapa dia ...
Wajah sembunyi di balik payung fantasi
Hey hey siapa dia ...

Payung fantasi melambai di sinar pagi
Hey-hey cantik nian ...
Boleh kupandang wajahmu secantik bintang
Bolehkah disayang ...





Kedatangan berikutnya bersama Mbak Fika.

Selain pemutaran lagu-lagu jadul, ada juga pajangan-pajangan yang berisi petuah khas dari sang OMA yang dipajang di beberapa titik. Hmmm, beneran makin inget nenek deh kalo dibaca :(



Di bagian balkon pun ada meja yang bisa digunakan. Paling enak makan di spot ini saat sore atau malam hari sambil memandangi hiruk pikuk Jalan Suryakencana; si ’ jalan yang tak pernah tertidur’.


Menu dan harga ekonomis

Selain menu ‘Nasi Uduk Ayam Bakar Talubi’, kita juga bisa menikmati menu lain seperti ayam goreng dengan kremes lengkoasnya yang maknyus, gado-gado, babat, jantung ayam,  ati, ampela, paru, urap dan beragam minuman lain yang tentu nyegerin.

Ayam Goreng Kremes
Aneka jeroan



Tempe goreng

Aneka jeroan
Es jeruk, es dawet, es kelapa dan es jeruk kelapa.

Nah, terlepas dari tempat dan rasa, tentu soal harga juga nggak kalah penting bukan? Eits, tapi tenang aja. Harga menu-menu OMA di Waroenk Talubi sangat ekonomis untuk cucu-cucu angkatnya ini alias para pelanggannya, hehehe.

Di bawah ini adalah daftar menu beserta harga makanan di Waroenk Talubi ya :







“Nah lho, ada menu dengan harga Rp. 10.000 sudah plus minuman? sumpeh lo?”

Yup, kamu nggak salah liat kok kawan. Jadi, harga di Waroenk Talubi sengaja dipatok sangat ekonomis karena sang owner ingin semua Sahabat Talubi bisa merasakan nikmatnya racikan bumbu masakan OMA. Jadi, cocok banget ngerayain ulang tahun atau perayaan di sini karena neraktir semua temen kamu nggak bakal bikin kantong kempes. Hahaha!

Ada lelaki memakai lencana
Pergi ke hutan mencari ubi
Kalau kamu ke Jalan Surya Kencana
Harus mampir ke Waroenk Talubi

Ayo ambil handphone sekarang juga lalu ajak teman atau keluarga buat ngumpul di sana :)

Wajib nih! tonton juga keseruan kami di Waroenk Talubi melalui video di bawah ini ya. Terima kasih :)


More Information :
Waroenk Talubi, Jl. Suryakencana no. 278 Kota Bogor (Sebelah Apotek Kencana)
Instagram @waroenktalubi
Facebook @waroenktalubi

Komentar


  1. Mantapppp pisannn tuh ayam dan minumannya..
    Wahh cucok nih.. the next bukber
    Booking akhh guys

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya aulia, di sini enak banget buat bukber. Tempatnya luas dan nyaman :)

      Hapus
  2. Saya sudah coba! Ayam bakar dan nasi uduknya memang enak!

    Baca review saja tentang Waroenk Talubi di sini http://rasteraffandi.blogspot.co.id/2018/05/review-waroenk-talubi-kuliner-bogor.html?m=1

    BalasHapus
  3. Udah berapa kali yaa kesini... Hahha bikin nagih ayam bakarnyaaaa.... Enaaaak bangeett.... Nexttt balik lagiiii hihihi.... Harganya murah" dan orangnya ramah"

    BalasHapus
  4. Udah penah coba, rasanya enak ini ayam bakar pertama yang aku bilang enak soalnya nggk terlalu kuat bau asapnya dan bumbunya beda dari ayam bakar yang lainnya:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cieee jadi fans ayam bakar dadakan gegara Talubi nih sis? hehe :D

      Hapus
  5. Mau tanya dong, untuk menu satuannya itu persatu tusuk atau perpiringnya?

    BalasHapus
  6. Ayam bakarnya enak, bumbu meresap, nasi uduknya oke punya, tempat nyaman cocok buat hangout bareng temen.
    T.o.p b.g.t

    BalasHapus
  7. Saya pernah kesana, ngga cuma makanan yang enak, tapi juga nostalgia yang mungkin jarang didapat ditempat lainnya. Paket komplit deh makan disini, menu yang khas, suasana yang pas, juga harga yang sesuai sama isi kantong yang terbatas, hehehe

    BalasHapus
  8. baca artikelnya menggiurkan sekali, wajib saya coba 🤤 thx reviewnya.

    BalasHapus
  9. Wuih jd pengen cobain nih, kayanya enak 😋

    BalasHapus
  10. nasi uduk ayam bakar talubi enak banget. jadi pengen kesana lagi

    BalasHapus
  11. Gimana kalau Blogor halal bil halal di sini? Asyik keknya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Nasi Ketan Kuning

Dokpri Pengalaman jadi anak kost untuk pertama kalinya ketika merantau ke Lampung selama 9 bulan membuatku sehari-hari terbiasa menyiapkan makanan sendiri. Kebetulan di kosan setiap hari selalu masak karena aku dan kawan kost tak terlalu tertarik dengan menu makanan yang dijual di luar. Selain itu, hemat juga kaaann. Nah seringnya masak membuat pelan-pelan aku terdorong mencoba menu-menu baru. Salah satunya ketika diberi beras ketan oleh ibu guru. Awalnya bingung mau diapakan, akhirnya karena aku suka kunyit, kenapa tak kubikin ketan kuning saja, pikirku. Hari itu pun tiba, tapi aku tak ingin bahas tutorial cara membuat nasi ketan kuning karena infonya sudah tak terhitung di Om Google. Yang menarik untukku adalah, aku menemukan satu makna tersembunyi dari makanan yang satu ini. Begini ceritanya ... Awalnya aku membuat nasi ketan kuning sedikit terlebih dahulu sebagai tahap awal percobaan. Hasilnya? Enak tapi terlalu lembek. Pelajarannya adalah, jumlah airnya harus aku kur

Jaling, Lalapan Super dari Lampung

Kenalkan. Ini adalah Jaling. Lalapan yang katanya masih satu geng dengan jengkol dan Pete. Aku menemukan ini pertama kali di Lampung ketika diajak makan bersama oleh Kantor di sebuah rumah makan dan kedua kalinya ketika makan bersama dengan kader Posyandu. Katanya, ini adalah lalapan khas Lampung. Aku dari kecil tidak dibiasakan orang tua makan Pete dan jengkol entah kenapa, sehingga sampai sekarang aku jadi nggak suka rasanya. Teman-teman suka meledek, "Sunda macam apa kamu nggak suka makan Pete jengkol." Hahaha oke-oke emang agak nggak sesuai sama orang Sunda kebanyakan ya. Jadi nggak heran kalau aku juga nggak suka dengan Jaling ini. Waktu itu diminta nyoba oleh Kader, kuicip dengan menggigit sedikit dan rasanya ... Wow ... Lebih tidak enak dari jengkol buatku. Ditambah aromanya yang jauh lebih menyengat berkali-kali lipat. Si Jaling ini masuk daftar lalapan yang belum cocok mampir di lidahku. Tapi terlepas dari itu, aku selalu senang bertemu makanan khas yang jar

MAHAMERU, MAHASERU! - Bagian I

Kisah perjalanan Mahameru sudah terbingkai pada Agustus tahun 2016, hampir dua tahun sampai cerita perjalanan ini dibuat. Namun bagi saya tak ada kata terlambat untuk menuliskan sebuah cerita selama setiap kenangan yang menyertainya masih tersimpan rapih dalam laci-laci ingatan. Kini saatnya membongkar arsip-arsip itu dan melakukan perjalanan kembali ke masa lalu, mentransformasikannya ke dalam bentuk tulisan. Selamat datang di alam teater pikiran dan selamat menikmati segala hal yang tersedia. Apa adanya. Bukan Pendaki 5cm. Saya sempat tergelitik ketika melihat desain kaos-kaos traveler di instagram yang bertuliskan “Bukan Pendaki 5cm.” Pemahaman akan tulisan tersebut luas sebenarnya. Siapapun yang membaca bisa saja punya persepsi yang berbeda-beda. Bisa saja menggambarkan makna “Gue naek gunung bukan karena pilem 5cm lho”, atau   “Cara gue naek gunung ga kayak pendaki pilem 5cm tau”, serta banyak pemahaman lain yang tak bisa dijabarkan satu per satu. Saya sendiri ?