Langsung ke konten utama

Curug Ciparay dan Harta Karun Kopi Ciputri (Part I)


Mountain with a million waterfalls, itulah julukan yang mungkin pantas disematkan kepada Gunung Salak sebagai salah satu wisata ikonik di Kabupaten Bogor. Bagaimana tidak, hampir setiap tahun ada saja destinasi air terjun baru di sekitarnya dan sebagian di antaranya viral di sosial media. Tapi kali ini, bukan air terjun baru yang akan saya ulas. Melainkan air terjun yang telah dikenal lama, namun tersaji dengan cerita yang baru. Inilah cerita tentang Curug Ciparay dan Harta Karun Kopi Ciputri.

Seorang teman gila saya bernama Puji Rahayu beberapa kali sempat membicarakan Curug Ciparay di sela-sela obrolan kami. Katanya tempatnya sepi dan asyik. Nggak banyak monyet seperti di curug favorit saya yaitu Curug Goa Lumut. Padahal tiga kali ke Curug Goa Lumut, saya sama sekali nggak ketemu monyet satu batang hidung sekalipun. Kok bisa dia ketemu? Ah sudahlah, kalo ada dua makhluk ciptaan Tuhan hatinya sudah terpatri satu sama lain, semesta biasanya punya banyak cara untuk mempertemukan keduanya. Nikmatilah Ji, saya tidak iri sama sekali sama kamu, hehehe.

Beberapa kali rekomendasinya tak terlalu saya tanggapi secara serius soal Curug Ciparay. Akhirnya setelah mendengar rekomendasinya yang terakhir kali, saya cukup tertarik. Sebetulnya bukan karena curugnya, tapi saya mengajaknya lari pagi di sekitaran wisata Gunung Salak, tapi dia merekomendasikan ke Curug Ciparay saja sambil olahraga, di sana kita bisa tracking sampai ke tempat tujuan. Saya pun akhirnya setuju.

Let’s Start!

Pagi yang indah di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, cuaca yang sempurna untuk memulai petualangan baru. Langit biru, matahari bersinar hangat dan kicau burung ramai memperbincangkan padi yang sedang malu-malu dirayu angin pegunungan. Di perjalanan, pemandangan terlihat manis sekali. The golden hour for a golden moment! Beberapa kali kami mengambil foto berlatar belakang bukit Gunung Menir yang indah dengan guratan gradasi cahaya mentari pagi. Terlalu sayang untuk dilewatkan.

Ya, terlalu sayang tau bang, hehehe.

Sumber : dok.pribadi

Sumber : dok. pribadi
Sumber : dok. pribadi




Puas berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan dengan melaju santai di jalan beraspal yang membelah sawah dan pegunungan.  Di kanan kiri, perkebunan warga mendominasi dengan background Gunung Salak yang berdiri gagah dan selalu saja tampak begitu. Setengah jam kemudian, kami sampai di Kampung Ciputri, tempat curug Ciparay berada.

Sumber : dok. pribadi
Sumber : dok. pribadi

Sumber : dok. pribadi
Di pintu gerbang pertama, kami harus membayar Rp. 10.000 sebagai tiket masuk jalur (bukan tiket masuk curug). 1 km kemudian, kami sampai di pintu masuk menuju curug yang sesungguhnya. Tiket masuk Curug Ciparay Rp. 10.000 dan uang parkir motor Rp. 5.000/motor. Total kamu butuh Rp.25.000/orang untuk biaya retribusi Curug Ciparay.

Sumber : dok. pribadi
Dari parkiran motor, kita harus berjalan kaki sekitar 30 menit menuju lokasi. Waktu yang relatif tergantung tingkat layah leyeh kita selama di perjalanan. Lebih cepat lebih capek.
Lebih cepat nggak selalu berarti lebih baik 
Jalan akan sedikit menanjak, menurun, sekaligus berbatu. Agak licin karena habis hujan kemarin. Kita akan berjalan melewati jalan setapak dengan sisi tebing bebatuan. Berbagai jenis tanaman kami temui selama di perjalanan. Mulai dari perkebunan sayuran warga, sampai lalapan yang tumbuh liar khas masyarakat bogor.

Daun Jotang. Sumber : dok. pribadi
“Eh tuh liat ji ada genjer!!!” teriak saya setelah melihat-lihat tanaman poh-pohan dan jotang (lalapan khas USA alias Urang Sunda Asli)

“Oh iya tuh genjer.”

“Eh tapi kalo orang Sunda bilangnya jangan genjer. Tapi genyer hahaha. So, kalo ngendong (nginep) bilangnya apa?”

“Ngenong, hahaha.”

“Hahaha, kalau sendok?”

“Senok, hahaha.”

“Hahaha, kalo cendol?”

“Cenol, hahaha.”

(terus aja sampe keluar pantun masak aerrrrr!!!)

Di tengah perjalanan, kita akan bertemu ‘jalur basah’ tapi bukan ‘jalur basah’-nya para koruptor ya hahaha melainkan jalur dengan tetesan air yang tak henti-hentinya turun. Layaknya gerimis lokal, ratusan tetes air dari pepohonan liar siap membasahi siapapun yang lewat. Biasanya memang terdapat mata air yang keluar lewat celah-celah tebing bebatuan. Kalau nggak mau basah, bawa payung dan jas hujan aja ya.




Di perjalanan juga kami menemukan beberapa pohon kopi liar dengan buah-buah hijau menandakan bahwa ia belum matang. Saya teringat ucapan salah seorang teman pecinta kopi mengenai pohon-pohon kopi liar.
'Azizah kamu tau nggak kalau kopi liar itu biasanya kualitasnya masih original kopi lokal. Kenapa? Karena pohonnya belum disilang-silang dengan kopi jenis lain.' Semenjak mendengar ucapannya, saya jadi penasaran, apakah Bogor punya kebun kopi yang original dan khas? Hmmm... saya rasa patut dicari tahu.
Lambat laun, suara deras air sungai semakin nyaring terdengar. Tanda bahwa Curug Ciparay semakin dekat. Tak lama kemudian, nampak gagah sebuah air terjun dengan bebatuan besar di depannya. Bebatuan besar memecah deburan air dan mengalirkan mereka dengan penuh percaya diri ke dataran yang lebih rendah. Dari kejauhan nampak bangunan warung-warung kayu berdiri tak jauh dari area curug.

Sumber : dok. pribadi
Sumber : dok. pribadi

Sumber : dok. pribadi

Sumber : dok. pribadi

Sumber : dok. pribadi

Sumber : dok. pribadi
Di sana fasilitas cukup lengkap. Mulai dari tempat ngopi, makan, mushola sampai toilet pun sudah ada. Di tengah area sungai, ada sebuah jembatan untuk menyebrang. Jadi para ices-ices manjah nggak perlu nyeker dan berbasah-basahan melawan derasnya arus sungai Curug Ciparay sambil pasang muka dramatis dan teriak “omaygat omaygat omaygat!!! Ih takuuttt, pegangiinn aaahhh licin ichhhh nggak bisa nichhhh kek gini gini akutuuuu.” Tapi giliran depan kamera udah pasti paling ON hahaha. Yang penting pegangan dan hati-hati. Tapi nggak usah pakai hati eaaa ... eaaaa ... eaaaa ... #naonsihsiateh



Bukan mandi rencana pertama di kedatangan kami. Melainkan MAKAN, hahaha! (maklum bosque, saya dari pagi belum makan euy)

Sambil makan dan merendamkan air di aliran sungai, yang kami lakukan Cuma berbagi cerita. Banyak sekali hal-hal konyol yang dilontarkan oleh teman gila saya yang satu ini. Ingin sekali saya ceritakan, ah tapi janganlah. Harus banyak sensornya hahaha.

Saat itu, aliran air cukup deras. Mungkin karena musim hujan. Cuaca menjelang siang kadang mendung kadang cerah. Tebing di sekitar curug mengeluarkan percikan air tanpa henti. Berlimpah ruah air dimana-mana. Selesai makan, kami mulai kedinginan. Niat nyebur pun diurungkan. Kalau Puji memang nggak niat-niat amat berenang dari semalam. Dia sudah bilang lewat whatsapp chat.

“Di curug mah gw cuci muka aja.”Kata dia semalam.

“Hih cemen ah, pake selimut deh mandinya biar nggak dingin hahaha”

“Hahaha, bawain Zah besok selimutnya.”

“Tenang, terpal mie sedap mah ada lah .”

“Gulung Zaaahhh.”

Karena cuaca dingin sangat, saya pun ikut-ikutan nggak mau berenang. Ditambah arusnya sedang deras sekali. Duh nggak dulu deh.

Ini lu harus banget demprok ke gue ya ji?
Kalau diperkirakan, ketinggian Curug Ciparay bisa mencapai 10 meter. Cukup tinggi dan cukup berbahaya berada di dekat area utama air terjun. Bebatuan di sana licin dan berlumut. Lebih baik gunakan alas kaki yang pas dan alasnya nggak licin. Beberapa jam kami betah menikmati suasana curug. Hilir mudik para pengunjung datang dan pergi. Tak ramai. Paling hanya beberapa orang saja.

Di sekitar Curug juga ada sebuah leuwi atau lubuk yang merupakan area terdalam dari sebuah sungai. Meskipun di permukaan leuwi ini tampak tenang, tapi kita dilarang berenang di sana karena konon terdapat arus yang kuat. Di sinilah sebenar-benarnya peribahasa ‘diam-diam menghanyutkan’ pantas disematkan. Indah, namun berbahaya.

Sumber : dok. pribadi

Sumber : dok. pribadi
Puas menikmati keindahan curug, kami beristirahat di sebuah warung. Saya pesan segelas kopi pahit. Si ibu warung sampai bertanya dua kali.

“Teteh beneran kopi pahit?”

“Iya bu. Adanya kopi apa?”

“Oh ada nih kopi liong.”

“Oh boleh bu.”

6 bulan belakangan ini saya memang cukup sering mencoba-coba kopi tanpa gula. Kenapa? Rahasiaaaa ... yeeyyyy...hehehe

“Curug ini dibuka sudah berapa lama bu?”

“Dari 2015. Sekarang lagi sepi, musim hujan.”

“Oohh”

Sambil istirahat, kami cuma ngobrol hal-hal nggak penting sambil memandang panorama sungai dan tebing-tebing bersemak. Sampai akhirnya cukup bosan, kami memutuskan untuk pulang.

“Balik yu.”

“Hayu.”

Di belakang warung tempat kami istirahat, ada tulisan yang menarik perhatian saya di depan sebuah warung yang tutup.

‘JUAL KOPI ORIGINAL 100% ASLI CIPUTRI’

Sumber : dok. pribadi
Saya pun tertarik dan langsung bertanya ke pemilik warung sebelah.

“Bu, Kopi Ciputrinya ada?”

“Lagi nggak ada, tapi kalo mau bisa ke rumah yang punya. Namanya Pak Abeng atau Pak Anda. Rumahnya di bawah, nggak jauh dari gardu loket jalur masuk.”

“Oke bu makasih infonya.”

Saya pun langsung bertanya ke Puji soal informasi baru yang bikin saya penasaran.

“Ji, mau nggak lu berburu kopi Ciputri sama gue?”

“Hayuuu cussss.”
Destinasi itu cuma urusan informasi. Sedangkan cerita dan orang-orang merupakan nyawa sesungguhnya dari sebuah perjalanan.
(Cerita tentang Kopi Ciputri silahkan baca di part Curug Ciparay dan Harta Karun Kopi Ciputri Part II ya. Enjoy sahabat Travelosofies!!!)

More Information

Rute menuju Curug Ciparay

Curug Ciparay terletak di Kampung Ciputri Desa Ciasihan Kabupaten Bogor. Jika kamu berasal dari Bogor Kota atau Stasiun Bogor, kamu bisa mengikuti jalur ke arah Dramaga-Cibanteng–Cibungbulang-Cibatok lalu menuju kantor Kecamatan Pamijahan. Dari kantor kecamatan, lurus terus sampai menemukan pertigaan pangkalan gunung picung lalu ambil jalur ke bawah (sebelah kanan). Lurus terus sekitar 5 Km sampai menemukan gerbang masuk menuju Curug Ciparay. Bagi pendatang baru, dari Stasiun Bogor bisa memakan waktu sekitar 3 jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi.

Tips ke Curug Ciparay

1. Gunakan alas kaki yang aman dan tidak licin
2. Hindari kunjungan ketika curah hujan sedang tinggi
3. Di hari biasa banyak warung yang tutup, jika tidak suka mie diharapkan bawa bekal nasi sendiri
4. Kalau mau menginap, di sana banyak homestay yang bisa disewa
5. Jangan mendekati area utama curug karena curahan air terjun sangat keras dan deras
6. Jalan setapak di area curug terbilang labil, perhatikan sekitar dan waspada
7. Bawa alat kesehatan pribadi dan P3K. Pelajaran dari saya ketika menginjak batu sampai berdarah tapi warung tidak menjual plester atau obat merah
8. Hati-hati jika mulai terlihat kehadiran monyet di sepanjang jalan setapak, hindari menunjukkan/ menenteng makanan (ketika kunjungan saya hanya ada 1 monyet di kejauhan)
9. Peraturan di sekitar curug harus dipatuhi agar tak sampai merepotkan orang lain
10 Jaga kebersihan, di sana disediakan banyak karung untuk tempat sampah
11. Jaga bicara karena bukan cuma kita yang berada di sana

Komentar

  1. ArenaDomino Partner Terbaik Untuk Permainan Kartu Anda!
    Halo Bos! Selamat Datang di ( arenakartu.org )
    Arenadomino Situs Judi online terpercaya | Dominoqq | Poker online
    Daftar Arenadomino, Link Alternatif Arenadomino Agen Poker dan Domino Judi Online Terpercaya Di Asia
    Daftar Dan Mainkan Sekarang Juga 1 ID Untuk Semua Game
    ArenaDomino Merupakan Salah Satu Situs Terbesar Yang Menyediakan 9 Permainan Judi Online Seperti Domino Online Poker Indonesia,AduQQ & Masih Banyak Lain nya,Disini Anda Akan Nyaman Bermain :)

    Game Terbaru : Perang Baccarat !!!

    Promo :
    - Bonus Rollingan 0,5%, Setiap Senin
    - Bonus Referral 20% (10%+10%), Seumur Hidup


    Wa :+855964967353
    Line : arena_01
    WeChat : arenadomino
    Yahoo! : arenadomino

    Situs Login : arenakartu.org

    Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )
    Min. DEPO & WD Rp 20.000,-

    INFO PENTING !!!
    Untuk Kenyamanan Deposit, SANGAT DISARANKAN Untuk Melihat Kembali Rekening Kami Yang Aktif Sebelum Melakukan DEPOSIT di Menu SETOR DANA.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Nasi Ketan Kuning

Dokpri Pengalaman jadi anak kost untuk pertama kalinya ketika merantau ke Lampung selama 9 bulan membuatku sehari-hari terbiasa menyiapkan makanan sendiri. Kebetulan di kosan setiap hari selalu masak karena aku dan kawan kost tak terlalu tertarik dengan menu makanan yang dijual di luar. Selain itu, hemat juga kaaann. Nah seringnya masak membuat pelan-pelan aku terdorong mencoba menu-menu baru. Salah satunya ketika diberi beras ketan oleh ibu guru. Awalnya bingung mau diapakan, akhirnya karena aku suka kunyit, kenapa tak kubikin ketan kuning saja, pikirku. Hari itu pun tiba, tapi aku tak ingin bahas tutorial cara membuat nasi ketan kuning karena infonya sudah tak terhitung di Om Google. Yang menarik untukku adalah, aku menemukan satu makna tersembunyi dari makanan yang satu ini. Begini ceritanya ... Awalnya aku membuat nasi ketan kuning sedikit terlebih dahulu sebagai tahap awal percobaan. Hasilnya? Enak tapi terlalu lembek. Pelajarannya adalah, jumlah airnya harus aku kur

Jaling, Lalapan Super dari Lampung

Kenalkan. Ini adalah Jaling. Lalapan yang katanya masih satu geng dengan jengkol dan Pete. Aku menemukan ini pertama kali di Lampung ketika diajak makan bersama oleh Kantor di sebuah rumah makan dan kedua kalinya ketika makan bersama dengan kader Posyandu. Katanya, ini adalah lalapan khas Lampung. Aku dari kecil tidak dibiasakan orang tua makan Pete dan jengkol entah kenapa, sehingga sampai sekarang aku jadi nggak suka rasanya. Teman-teman suka meledek, "Sunda macam apa kamu nggak suka makan Pete jengkol." Hahaha oke-oke emang agak nggak sesuai sama orang Sunda kebanyakan ya. Jadi nggak heran kalau aku juga nggak suka dengan Jaling ini. Waktu itu diminta nyoba oleh Kader, kuicip dengan menggigit sedikit dan rasanya ... Wow ... Lebih tidak enak dari jengkol buatku. Ditambah aromanya yang jauh lebih menyengat berkali-kali lipat. Si Jaling ini masuk daftar lalapan yang belum cocok mampir di lidahku. Tapi terlepas dari itu, aku selalu senang bertemu makanan khas yang jar

Belajar Seni Melepaskan dari Gobind Vashdev Part I

Sumber foto : treindonesia Mendengarkan podcast, hobi baruku hampir setahun belakangan ini untuk mengisi waktu luang. Kadang kuputar sambil bersiap menuju tempat kerja atau sambil setrika baju, berkebun atau bahkan sambil masak. Salah satu podcast yang paling banyak kuputar adalah Podcast Inspigo : Inspiration on the Go dengan tema random mulai dari karir, percintaan, finansial dan lain-lain tapi tema kesukaanku adalah tentang Mindfulness. Podcast bagiku sangat membantu membuka perspektif-perspektif baru dan berlatih memahami ide dan sudut pandang orang lain yang mungkin bisa turut mempengaruhi sudut pandang kita. Salah satu yang paling berkesan bagiku adalah Podcast dengan narasumber Gobind Vashdev, seorang pria berdarah india yang berprofesi sebagai penulis dan pelatih self healing. Dia sebetulnya lebih senang dipanggil sebagai Heartworker atau pekerja hati. Aku tak tahu siapa dia sebetulnya. Baru kenalan dengannya 2 hari yang lalu ketika aku mendengarkan Inspigo sambil ber