Terpijak kakikku di lembahmu,
Di antara dua bukit berpuncak yang saling berhadapan memadu cinta,
Menghalau angin yang menebar diri secukupnya,
Di sela-sela waktu ketika matahari mulai berpendar mengundang pagi,
Aku terbuai,
Selaksa jiwa yang terhampar di satu titik surga yang terjatuh ke bumi,
Aku terlena,
Lupa tentang diriku dan tentang dunia yang sama munafiknya,
Lembah surya kencana,
Terhampar di antara kejujuran yang mengembun,
Bergelayut mesra setiap pagi di ujung rerumputan dan hamparan bunga abadi,
Tak ada yang sebening itu,
Sejernih pikiran yang diudarai kenangan,
Katakan padaku
Sejak berapa lama kau setia pada Gede pangrango yang indah,
Dari mana ketenangan dan kedamaian itu datang menyelimutimu sampai ke celah-celah,
Di antara sungai kecil keemasan yang terpapar sinar matahari di pagi hari,
Tempat dimana nalurimu mengalir,
Beriak secukupnya di antara kemegahanmu yang begitu tampak di mataku,
Katakan padaku lembah surya kencana,
Bagaimana rasanya menjadi bijaksana,
Atau setidaknya bisikanlah,
Sehalus bisikan awan berarus cepat yang menari di atasmu dengan tenang,
Di antara kebisuanmu yang penuh teka-teki,
Aku jatuh cinta kepadamu lembah surya kencana,
Sebagaimana adanya dirimu menerimaku di sana,
Seadanya diriku,
Tidak kurang tak jua lebih,
Izinkan kukenang, izinkan kusayang,
Dirimu yang tenang dirimu yang indah,
Selamanya.
~Sebuah karya tercurah di gubuk belakang rumah~
Komentar
Posting Komentar