Langsung ke konten utama

Keren! Inilah 16 Tips Fotografi Ala Arbain Rambey


Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan datang di Workshop fotografi bertema 'Memotret Manusia' yang diisi oleh salah satu fotografer kondang di Indonesia yaitu om Arbain Rambey di Bentara Budaya Jakarta (samping menara Kompas Palmerah). Sekitar 100 orang lebih memenuhi ruangan workshop yang saat itu dipenuhi pameran foto bertema ‘Ini Ayah Hebatku’, isinya tentu adalah gambaran aktivitas anak dan ayahnya. Di sana juga dipamerkan puisi tentang ayah, video-video anak dan ayah yang diputar berulang-ulang di televisi serta pesan-pesan singkat dari anak untuk ayahnya.

Sebelum acara dimulai, saya sempat berkeliling untuk mengamati foto-foto yang dipajang sekaligus iseng membaca pesan-pesan  dari anak kepada ayahnya. Diiringi lagu Gita Gutawa & Ada Band yang judulnya ‘Ayah’ yang diputar berulang di ruangan pameran, nuansa tersebut sempat membuat hati saya mengharu biru. Ini serius. Saya menahan air mata supaya nggak sampai nangis di depan umum. Maklum, saya paling anti nangis kelihatan orang, hehehe. Akhirnya saya tahan sambil menunduk dan berpaling mencari tempat duduk.

Pameran foto 'Ini Ayah Hebatku' (Sumber : dok.pribadi)
Sumber : dok.pribadi
Sumber : dok. pribadi
Sumber : dok. pribadi

Sumber : dok. pribadi

Sebagian besar foto di sana sangat terlihat sederhana. Kebanyakan menampilkan potret keseharian seorang anak bersama ayahnya yang dibekukan melalui benda bernama kamera. Namun pasti foto sederhana tidak mudah bikin orang lain sampai terharu, ada sesuatu yang lain di sana, di dalam gambar-gambar itu, dan tahukah kamu apa yang spesial dari foto-foto itu? ‘foto-foto itu seolah bercerita’.

Sang kreator dari foto-foto tersebut mungkin sebagian besar bukanlah fotografer senior, namun saya percaya kalau pada saat pengambilan foto dilakukan, mereka melakukannya menggunakan perasaan. Ya, memotret manusia emang susah-susah gampang. Bagaimana membuat sebuah karya foto seolah bicara banyak hal walau cuma lewat ekspresi wajah, itu bukan lagi soal teknis, tapi pendekatan. Dan itu adalah tantangan terbesar seorang fotografer untuk melakukannya.

Pukul 10 kurang 10 menit, om Arbain sudah datang di ruangan dan mulai mempersiapkan materi workshopnya. Ini pertama kalinya saya liat om Arbain Rambey secara langsung. Maklum, biasanya saya cuma kepoin om Arbain di youtube atau acara KLIK di Kompas TV buat ‘nyuri’ sedikit ilmunya.

Arbain Rambey menyampaikan materi (sumber : dok.pribadi)
Selama workshop yang berlangsung sekitar 2,5 jam itu, sebagian besar ucapan om Arbain saya rekam di handphone, biar materinya nggak gampang lupa dan dateng jauh-jauh dari Bogor nggak sia-sia. Lewat tulisan ini, setidaknya saya merangkum 16 poin simple dari ucapan om Arbain untuk orang-orang yang mau belajar fotografi khususnya dalam 'Memotret Manusia' (walaupun jenis foto lain juga sedikit dibahas sih) . Yuk langsung aja intip poin-poinnya sampai rebes, cekidots!

1. Jenis fotografi itu ada empat yaitu memotret manusia, benda statis, landscape dan acara. Fotografi  ya cuma empat nggak ada yang lain, variannya aja yang banyak. Makanya nggak usah ngomong aku spesialis wedding, ya kebetulan dia jobnya wedding terus ya, kalau ada job iklan yang gede disambet juga.

Jangan merusak otak Anda dengan menspealisasikan Anda, aku spesialis ini, jangan, Anda akan mentok sendiri, apapun Anda potret karena jenisnya ya cuma empat itu.

Sumber : Sekarduside.com

2. Sesungguhnya fotografi adalah soal memotret manusia, mostly. Umumnya orang salah memotret manusia, bukan karena salah teknik tapi filosofi memotret manusia itu sendiri yang disalahpahami. Memotret manusia itu bukan hanya tentang fotografi lagi, tapi bagaimana Anda memahami manusia.

Tantangan memotret manusia adalah bisa membuat dia lepas. Bukan masalah teknik, tapi soal hubungan Anda dengan modelnya. Buat dia merasa dimanusiakan, gali ekspresi dia sehingga Anda bisa dapat sesuatu yang menarik. Ekspresi menentukan karakter foto Anda.

Sumber : Brisbanekids.com

3. Apa bedanya foto portrait sama foto human interest? Kalau dia (objek) tidak berkegiatan itu potret, jadi interaksi dia hanya sama fotografernya aja. Kalau foto portrait biasanya mengandung keseharian, misalnya Rektor dengan toga. Tapi kalau manusia itu punya interaksi dengan sesuatu, nah itu human interest. Saya pernah bikin lomba foto human interest, 99 persen yang masuk itu foto orang miskin dan hitam putih. Inget ya namanya human interest itu foto manusia berkegiatan, nggak harus miskin dan hitam putih.

Dulu pernah dibikin lomba foto syaratnya nggak boleh hitam putih dan tidak boleh miskin , yang menang apa? Foto komunitas lamborghini lagi main kartu di cup lamborghini, bagus lamborghininya warnanya pink dan orang main kartu di atasnya ketawa ketiwi. Keren fotonya, tidak miskin dan tidak hitam putih. (cerita ini pun disambut gelak tawa peserta yang hadir).

Sumber : wazariwazir.com

4. Motret manusia itu, ambil kelebihannya dan buang kelemahannya. Kalau cowoknya lebih pendek daripada ceweknya, jangan berdiri dua-duanya karena nggak menarik, satunya duduk aja. Kalau motret manusia, kumpulkan contoh gaya sebanyak-banyaknya lalu anda tiru. Please deh nggak usah sok kreatif karena gaya manusia itu-itu aja.

Sumber : fotoprewedding.id

5. Motret manusia, filosofi dasarnya adalah head shot wajah doang, half body, ¾ body atau full  body . Dalam foto full body, kalau kita ngomongin estetika, selama kaki dia tidak lebih panjang dari badannya jangan foto full body karena tidak menarik, itulah kenapa peragawati kakinya panjang-panjang.

Sumber : flickrblog.com

6. Kalau foto wedding dan prewedding targetnya apa, kelihatan berdua dan mesra. Yang paling sulit itu bukan teknis, tapi interaksi anda ke modelnya. Mengarahkan gaya supaya indah dan enak dilihat. Foto wedding itu lebih mementingkan rasa dan keindahan. Kalau foto wedding kegiatan bersungut-sungut, itu foto gagal. Jadi itu foto yang bagus bukan warnanya keren, background-nya keren, tapi ia lupa mengarahkan ekspresi pasangannya, jadi foto wedding itu harus kelihatan indah (ekspresinya).

Sumber : Bridestory.com

7. Fotografi jadi menarik itu karena berbeda dengan cara mata melihat. Jadi biar foto menarik, usahakan tidak seperti mata melihat. Jadi Hindari angle 50 mm dan angle setinggi mata, nggak ada yang greget. Rendah sekalihan, tinggi sekalian. Itu salah satu cara membuat foto Anda menjadi lihatable (istilah unik ala om Rambey).

Kalau motret itu jangan berpikir seperti Anda melihat. Tentukan batas, itu namanya komposisi, jadi yang jelek Anda buang, yang bagus Anda masukkan. Itulah namanya fotografi, buang bagian yang nggak perlu ada di foto.

Sumber : Brilio

8. Lain halnya dengan foto menu, foto menu adalah foto yang orang lihat ingin makan. Orang yang nggak suka makan, susah jadi fotografer menu, ia tidak bisa menjiwai orang yang suka makan.

Sumber : Pexels.com

9. Kalau memotret acara itu kita harus tau awalnya apa, tengahnya apa, akhirnya apa. Seninya di situ.

Sumber : dagelan.co

10. Kalau motret benda statis kita harus tahu gimana mengakali cahayanya. Bayangan itu bukan untuk dihilangkan tapi untuk diatur supaya dimensinya kelihatan.

Sumber : rumahseniindonesia.com

11. Fotografer interior hotel yang bagus biasanya orang yang suka nginep di hotel. Orang yang belum pernah nginep di hotel dia nggak akan tahu nyamannya nginep di hotel seperti apa. Foto hotel yang bagus adalah orang lihat fotonya ingin nginep di situ. Kalau foto hotel bagusnya blue hour (sore) ketika lampu mulai nyala karena hotel untuk orang bermalam.

Sumber : houzz.com

12. Foto traveling yang bagus adalah orang liat fotonya bertanya ‘eh dimana ini?’ atau ‘Saya mau kesitu ah’. Itu foto traveling yang berhasil. Foto outdoor usahakan pagi. Ingat jam 10-2 siang adalah waktu terburuk untuk foto outdoor tanpa alat tambahan. Misalnya Anda moto perumahan tuh pagi ya mood-nya seger, anda motret perubahan jam 12 siang? Jelek!

Foto landscape (alam) adalah foto yang paling gampang dijual. Para pemula bisa dapet duit dari foto landscape. Inget, kalau Anda piknik, jangan selfie duluan ya, selfie susah dijual kecuali Anda Brad Pitt atau Angelina Jolie. Potret pemandangannya dulu.

Sumber : labuanbajo-flores.com

13. Apa bedanya foto bagus dan foto menarik? Jadi foto bagus nggak muluk-muluk yaitu sesuai dengan target pembuatannya, jadi kalau foto bagus adalah Anda harus tahu target pembuatannya untuk apa. Kalau foto menarik adalah lebih memancing daripada foto lain. Makanya kalau Anda ikut lomba foto, jangan foto yang kira-kira orang lain juga pada ngirim. Jadi foto menarik itu adalah foto yang melepas orang dari kebosanan.

Jadi banyak orang mengira foto bagus tuh ada rumusnya. Kalau saya bisa ngomong, selesai semua orang bisa ngerti dan semua orang bisa jadi juri. Maka justru bagus itu tidak pernah terukur. Karena bagus dan indah itu berbeda. Indah dan menarik itu berbeda dan foto yang berbicara itu beda lagi.

Kalau foto indah adalah foto yang menyenangkan untuk  dilihat, apakah foto indah itu bagus? Belum tentu. Foto yang berbicara adalah foto yang dimengerti pembaca. Kalau di Kompas, foto tuh harus berbicara, Anda harus tahu, sasaran foto kalian ke level yang mana.

Sumber : Borgenmagazine.com
14. Lain halnya dalam dunia fotografi iklan, fotografer itu hanya tukang. Jangan berharap nama Anda akan dicantumkan sebagai fotografer. Kalau nggak mau, jangan masuk di iklan. Dalam dunia iklan, Anda bukan ngomongin teknis, tapi memenuhi kepuasan client.

Sumber : Asia Pasific Video Lab

15. Point of interest dalam fotografi itu adalah ketika Anda lihat foto itu mata Anda lari ke titik tersebut duluan. Dan lighting terburuk adalah flash sama lensa datang dari titik yang sama.

Sumber : Shutterstock

16. Dalam seni fotografi, karya-karya sebelumnya itu mempengaruhi karya selanjutnya. Kalau tanya kenapa ada foto termahal maka tanya sama yang beli. Dalam seni harga itu nisbi, dan dalam seni, sorry to say kadang harga itu palsu. Foto seni adalah foto yang disenengi sama yang motret sama yang beli.  Tapi saya bisa bilang kalau kamera terbaik adalah makin mahal makin bagus. Harga nggak pernah bohong dalam fotografi, that’s real!


(Foto termahal di dunia) sumber : tate.org.uk

Bahasanya mudah dipahami, to the point dan simple. Itulah kesimpulan yang pertama kali saya dapatkan ketika pertama kali datang ke workshop Arbain Rambey. Semua peserta hampir tidak ada yang mengobrol selama workshop berlangsung. Cara beliau menyampaikan materi memang sangat mudah dimengerti. Pemaparan pengalaman demi pengalaman selama bergelut di dunia fotografi pun diceritakannya dengan penuh semangat kepada kami semua. Diungkapnya behind the scene menarik dari foto-foto menakjubkan hasil karyanya yang mungkin biasa kita lihat di media massa atau media periklanan.

Salah satu pengalaman yang menurut saya paling menarik adalah ketika ia menceritakan pengalamannya memotret Maia Estianti pada dini hari. Saat itu mbak Maia baru saja bangun tidur dan belum mandi sama sekali. Karena keterbatasan waktu, ia langsung dimake-up dan berpose di depan kamera. Luar biasa hasilnya, sama sekali nggak nyangka kalau foto yang menakjubkan itu diambil dari model yang belum mandi dan baru bangun tidur. Art is amazing!

Setelah mengikuti workshop om Arbain, saya yang suka fotografi dan belajar secara otodidak ini akhirnya semakin sadar kalau banyak sekali yang tidak saya tahu dan belum saya pelajari dalam dunia fotografi. Hari itu saya akhirnya tahu, bahwa hubungan ilmu photography dan psikologi berteman dekat. Para fotografer nggak cuma diharuskan menguasai teknik foto, tapi juga ditantang untuk mempelajari karakter manusia, melakukan pendekatan dan membangun chemistry dengan objeknya, dan buat saya, itulah tantangan terberatnya. Seperti kata Dragan Tapshanov, 'Fotografi itu memotret jiwa, bukan senyuman'.

“Saya bukan pinter, cuma kebetulan saya makannya disitu jadi saya semua pernah melakukan. Jadi saya bukan pinter, saya lebih banyak motret dan lebih sering daripada Anda.”- Arbain Rambey

Acara pun ditutup dengan sesi foto bareng om Arbain. Dengan sabar, beliau melayani penggemar satu persatu dan tak segan berbagi ilmu (lagi) secara pribadi di jam workshop yang sebenarnya sudah selesai. Ah, orang hebat yang rendah hati memang selalu menyenangkan untuk diajak bicara. Terima kasih banyak Arbain Rambey, jangan pernah berhenti berkarya!

Me with Him
Ps : Tulisan ini bukan cuma untuk yang suka fotografi, tapi juga untuk orang yang seneng difoto karena menghasilkan karya bagus bukan cuma upaya satu pihak saja, melainkan kerjasama antara model dan fotografernya. Semoga ilmunya bermanfaat teman-teman :)

Komentar

  1. Jadi penasaran pengen liat Maya yg blm mandi dan bangun tidur hasilnya gimana, haha unik ya art itu. Terimakasih infonya ya, saya jadi belajar juga nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama mbak lia, sayangnya saya nggak dapet foto kece itu hehehe

      Hapus
  2. Aih ini tulisan mantab jiwa.
    Dari sumber yang memang berbobot dan disampaikan dengan simpel pula.
    Nice post!!
    *lalu jadi pengen beli kamera

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Ilhabibi. Jadi makin semangat nulis nih hehehe. Wah maaf jadi kepengaruh beli kamera deh hihihi

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Nice Info : ) tapi jadi ngiler liat contoh2 potretnya. Pengen beli kamera tapi ekonomi keluarga sangat buruk :") dan saya masih sekolah saat ini

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Nasi Ketan Kuning

Dokpri Pengalaman jadi anak kost untuk pertama kalinya ketika merantau ke Lampung selama 9 bulan membuatku sehari-hari terbiasa menyiapkan makanan sendiri. Kebetulan di kosan setiap hari selalu masak karena aku dan kawan kost tak terlalu tertarik dengan menu makanan yang dijual di luar. Selain itu, hemat juga kaaann. Nah seringnya masak membuat pelan-pelan aku terdorong mencoba menu-menu baru. Salah satunya ketika diberi beras ketan oleh ibu guru. Awalnya bingung mau diapakan, akhirnya karena aku suka kunyit, kenapa tak kubikin ketan kuning saja, pikirku. Hari itu pun tiba, tapi aku tak ingin bahas tutorial cara membuat nasi ketan kuning karena infonya sudah tak terhitung di Om Google. Yang menarik untukku adalah, aku menemukan satu makna tersembunyi dari makanan yang satu ini. Begini ceritanya ... Awalnya aku membuat nasi ketan kuning sedikit terlebih dahulu sebagai tahap awal percobaan. Hasilnya? Enak tapi terlalu lembek. Pelajarannya adalah, jumlah airnya harus aku kur

Jaling, Lalapan Super dari Lampung

Kenalkan. Ini adalah Jaling. Lalapan yang katanya masih satu geng dengan jengkol dan Pete. Aku menemukan ini pertama kali di Lampung ketika diajak makan bersama oleh Kantor di sebuah rumah makan dan kedua kalinya ketika makan bersama dengan kader Posyandu. Katanya, ini adalah lalapan khas Lampung. Aku dari kecil tidak dibiasakan orang tua makan Pete dan jengkol entah kenapa, sehingga sampai sekarang aku jadi nggak suka rasanya. Teman-teman suka meledek, "Sunda macam apa kamu nggak suka makan Pete jengkol." Hahaha oke-oke emang agak nggak sesuai sama orang Sunda kebanyakan ya. Jadi nggak heran kalau aku juga nggak suka dengan Jaling ini. Waktu itu diminta nyoba oleh Kader, kuicip dengan menggigit sedikit dan rasanya ... Wow ... Lebih tidak enak dari jengkol buatku. Ditambah aromanya yang jauh lebih menyengat berkali-kali lipat. Si Jaling ini masuk daftar lalapan yang belum cocok mampir di lidahku. Tapi terlepas dari itu, aku selalu senang bertemu makanan khas yang jar

MAHAMERU, MAHASERU! - Bagian I

Kisah perjalanan Mahameru sudah terbingkai pada Agustus tahun 2016, hampir dua tahun sampai cerita perjalanan ini dibuat. Namun bagi saya tak ada kata terlambat untuk menuliskan sebuah cerita selama setiap kenangan yang menyertainya masih tersimpan rapih dalam laci-laci ingatan. Kini saatnya membongkar arsip-arsip itu dan melakukan perjalanan kembali ke masa lalu, mentransformasikannya ke dalam bentuk tulisan. Selamat datang di alam teater pikiran dan selamat menikmati segala hal yang tersedia. Apa adanya. Bukan Pendaki 5cm. Saya sempat tergelitik ketika melihat desain kaos-kaos traveler di instagram yang bertuliskan “Bukan Pendaki 5cm.” Pemahaman akan tulisan tersebut luas sebenarnya. Siapapun yang membaca bisa saja punya persepsi yang berbeda-beda. Bisa saja menggambarkan makna “Gue naek gunung bukan karena pilem 5cm lho”, atau   “Cara gue naek gunung ga kayak pendaki pilem 5cm tau”, serta banyak pemahaman lain yang tak bisa dijabarkan satu per satu. Saya sendiri ?