Langsung ke konten utama

Pengalaman Melihat Ujung Pelangi


Waktu kecil suka bertanya-tanya, di manakah ujung pelangi itu? Apa benar di sana banyak putri cantik sedang mandi? Mungkin nggak ya nanti bisa lihat ujung pelangi?

Awalnya kupikir itu hanya pertanyaan-pertanyaan penasaran ala masa kanak-kanak yang ketika sudah besar malah jadi nggak penting. Masa iya kita bisa lihat ujung pelangi? Bisa aja si, tapi ya sudahlah.

Seolah bermimpi ketika imajinasi masa kecil itu jadi kenyataan ketika usiaku menginjak usia 25 tahun. Aku betulan melihat ujung pelangi!!! Pengalaman unik ini aku alami ketika menaiki Kawah Ijen di Banyuwangi.

Waktu itu pukul 09 pagi seingatku. Aku dan kawanku Adis hendak turun gunung setelah puas menikmati matahari terbit di puncak Kawah Ijen. Kami tak berkesempatan melihat blue fire karena jalur ke sana terlalu padat dan subuh mulai tiba. Akhirnya kami memutuskan berpuas ria menikmati pagi saja di puncak Kawah Ijen.

Kami tiba pukul 05.00 di puncak namun warna langit mulai terang. Meski begitu kabut begitu tebal, jarak pandang hanya 2 meter saja. Sempat pesimis apakah kami dapat sunrise atau tidak. Meski matahari tetap naik, namun kabut masih betah memeluk udara pagi itu. Kalau soal dingin jangan ditanya ya, hehehe.

Pukul 06.00 pagi sunrise benar-benar baru tiba. Kabut mulai hilang lalu kami memutuskan untuk stay sampai jam 9.

Di jam itulah kami temukan si manis ujung pelangi. Mungkin karena cuaca tadi pagi yang amat berkabut dan mendung, hingga ada pelangi di Kawah Ijen. Sempat kucek-kucek mata apa betulan itu ujung pelangi. Dan betul, turis lain pun melihatnya dan terkagum-kagum.

Ini adalah pengalaman pertama dalam hidup dan mengingatkanku pada pertanyaan-pertanyaan masa kecil itu, meskipun tak terbukti bahwa banyak putri sedang mandi di ujungnya, setidaknya kutahu bentuknya seperti apa. Ujung pelangi begitu polos, tidak ada apa-apa ternyata selain garis yang membentuk batas. Tak boleh dilewatkan begitu saja, kami harus mengabadikan momen langka itu.

Salam merah kuning hijau di langit yang biru untukmu!


Komentar

  1. ArenaDomino Partner Terbaik Untuk Permainan Kartu Anda!
    Halo Bos! Selamat Datang di ( arenakartu.org )
    Arenadomino Situs Judi online terpercaya | Dominoqq | Poker online
    Daftar Arenadomino, Link Alternatif Arenadomino Agen Poker dan Domino Judi Online Terpercaya Di Asia
    Daftar Dan Mainkan Sekarang Juga 1 ID Untuk Semua Game
    ArenaDomino Merupakan Salah Satu Situs Terbesar Yang Menyediakan 9 Permainan Judi Online Seperti Domino Online Poker Indonesia,AduQQ & Masih Banyak Lain nya,Disini Anda Akan Nyaman Bermain :)

    Game Terbaru : Perang Baccarat !!!

    Promo :
    - Bonus Rollingan 0,5%, Setiap Senin
    - Bonus Referral 20% (10%+10%), Seumur Hidup


    Wa :+855964967353
    Line : arena_01
    WeChat : arenadomino
    Yahoo! : arenadomino

    Situs Login : arenakartu.org

    Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )
    Min. DEPO & WD Rp 20.000,-

    INFO PENTING !!!
    Untuk Kenyamanan Deposit, SANGAT DISARANKAN Untuk Melihat Kembali Rekening Kami Yang Aktif Sebelum Melakukan DEPOSIT di Menu SETOR DANA.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Nasi Ketan Kuning

Dokpri Pengalaman jadi anak kost untuk pertama kalinya ketika merantau ke Lampung selama 9 bulan membuatku sehari-hari terbiasa menyiapkan makanan sendiri. Kebetulan di kosan setiap hari selalu masak karena aku dan kawan kost tak terlalu tertarik dengan menu makanan yang dijual di luar. Selain itu, hemat juga kaaann. Nah seringnya masak membuat pelan-pelan aku terdorong mencoba menu-menu baru. Salah satunya ketika diberi beras ketan oleh ibu guru. Awalnya bingung mau diapakan, akhirnya karena aku suka kunyit, kenapa tak kubikin ketan kuning saja, pikirku. Hari itu pun tiba, tapi aku tak ingin bahas tutorial cara membuat nasi ketan kuning karena infonya sudah tak terhitung di Om Google. Yang menarik untukku adalah, aku menemukan satu makna tersembunyi dari makanan yang satu ini. Begini ceritanya ... Awalnya aku membuat nasi ketan kuning sedikit terlebih dahulu sebagai tahap awal percobaan. Hasilnya? Enak tapi terlalu lembek. Pelajarannya adalah, jumlah airnya harus aku kur

Jaling, Lalapan Super dari Lampung

Kenalkan. Ini adalah Jaling. Lalapan yang katanya masih satu geng dengan jengkol dan Pete. Aku menemukan ini pertama kali di Lampung ketika diajak makan bersama oleh Kantor di sebuah rumah makan dan kedua kalinya ketika makan bersama dengan kader Posyandu. Katanya, ini adalah lalapan khas Lampung. Aku dari kecil tidak dibiasakan orang tua makan Pete dan jengkol entah kenapa, sehingga sampai sekarang aku jadi nggak suka rasanya. Teman-teman suka meledek, "Sunda macam apa kamu nggak suka makan Pete jengkol." Hahaha oke-oke emang agak nggak sesuai sama orang Sunda kebanyakan ya. Jadi nggak heran kalau aku juga nggak suka dengan Jaling ini. Waktu itu diminta nyoba oleh Kader, kuicip dengan menggigit sedikit dan rasanya ... Wow ... Lebih tidak enak dari jengkol buatku. Ditambah aromanya yang jauh lebih menyengat berkali-kali lipat. Si Jaling ini masuk daftar lalapan yang belum cocok mampir di lidahku. Tapi terlepas dari itu, aku selalu senang bertemu makanan khas yang jar

MAHAMERU, MAHASERU! - Bagian I

Kisah perjalanan Mahameru sudah terbingkai pada Agustus tahun 2016, hampir dua tahun sampai cerita perjalanan ini dibuat. Namun bagi saya tak ada kata terlambat untuk menuliskan sebuah cerita selama setiap kenangan yang menyertainya masih tersimpan rapih dalam laci-laci ingatan. Kini saatnya membongkar arsip-arsip itu dan melakukan perjalanan kembali ke masa lalu, mentransformasikannya ke dalam bentuk tulisan. Selamat datang di alam teater pikiran dan selamat menikmati segala hal yang tersedia. Apa adanya. Bukan Pendaki 5cm. Saya sempat tergelitik ketika melihat desain kaos-kaos traveler di instagram yang bertuliskan “Bukan Pendaki 5cm.” Pemahaman akan tulisan tersebut luas sebenarnya. Siapapun yang membaca bisa saja punya persepsi yang berbeda-beda. Bisa saja menggambarkan makna “Gue naek gunung bukan karena pilem 5cm lho”, atau   “Cara gue naek gunung ga kayak pendaki pilem 5cm tau”, serta banyak pemahaman lain yang tak bisa dijabarkan satu per satu. Saya sendiri ?