Langsung ke konten utama

Belajar Seni Melepaskan dari Gobind Vashdev Part I

Sumber foto : treindonesia


Mendengarkan podcast, hobi baruku hampir setahun belakangan ini untuk mengisi waktu luang. Kadang kuputar sambil bersiap menuju tempat kerja atau sambil setrika baju, berkebun atau bahkan sambil masak. Salah satu podcast yang paling banyak kuputar adalah Podcast Inspigo : Inspiration on the Go dengan tema random mulai dari karir, percintaan, finansial dan lain-lain tapi tema kesukaanku adalah tentang Mindfulness. Podcast bagiku sangat membantu membuka perspektif-perspektif baru dan berlatih memahami ide dan sudut pandang orang lain yang mungkin bisa turut mempengaruhi sudut pandang kita.

Salah satu yang paling berkesan bagiku adalah Podcast dengan narasumber Gobind Vashdev, seorang pria berdarah india yang berprofesi sebagai penulis dan pelatih self healing. Dia sebetulnya lebih senang dipanggil sebagai Heartworker atau pekerja hati. Aku tak tahu siapa dia sebetulnya. Baru kenalan dengannya 2 hari yang lalu ketika aku mendengarkan Inspigo sambil berkebun. Tak sangka jadi salah satu siaran podcast yang paling kusuka karena ide dan pemikiran-pemikirannya yang begitu unik mengenai kebahagiaan.

Aku tertarik untuk mencatat poin-poin apa saja yang kudengar dari podcast tersebut, barangkali teman-teman juga penasaran dengan perspektif-perspektifnya yang keren. Biar enak, saya tulis sebagai sudut pandang orang pertama ya. Check this out for Gobind Vashdev Perspecktive!

1.      Kenapa pengen disebut sebagai Heartworker?

Jadi ceritanya waktu saya menulis soal buku pertama saya “Happines Inside” dan ditanya oleh penerbit mau disebut sebagai apa, motivator, ispirator atau yang lain? lalu saya berpikir selama satu hari. Saya itu tipe orang yang mengerjakan apa kata hati saya berarti saya pekerja hati kemudian dikasihlah istilah heartworker.

2.      Tidak menggunakan alas kaki

Sudah 26 tahun jadi vegetarian dan sudah 6 tahun tidak pakai alas kaki. Alasan pertama, saya sedang tergabung dalam suatu komunitas kecil yang mereka sangat peduli terhadap anak-anak terlantar di bali. Akhirnya sebagai solidaritas, mereka ikut tidak menggunakan alas kaki. Karena saya tergerak akhirnya saya memutuskan untuk ikut juga.

Kedua, ada penelitian tahun 2011 yang mendapatkan award cukup tinggi namanya *** (nggak terlalu jelas nama penghargaannya pas disebut) dikatakan begitu banyak masalah kesehatan fisik maupun psikis di dunia ini salah satunya karena kita kekurangan elektronegatif. Kita mendapatkan ion positif dari matahari tapi kita nggak dapet elektronegatif dari bumi. Maka ketidakseimbangan magnetik dalam tubuh kita menyebabkan banyaknya masalah. Misalnya mood kita, kalau kita sakit lama sembuh, inflamasi, susah tidur, dsb. So, agar seimbang kita harus terhubung dengan salah satu media ini yaitu batu, pasir, tanah atau rumput. Nggak harus 24 jam tapi 30 menit setiap hari sudah cukup. Kalau mau sehat harus lebih banyak grounding. Dikatakan bahwa stroke itu kebanyakan terjadi di lantai 2 bukan lantai satu. Jadi semakin tinggi kita tinggal maka cenderung semakin tidak sehat.

Yang ketiga, setelah saya berjalan dua tiga tahun tanpa alas kaki saya merasa ada sebuah kecerdasan di dalam diri saya meningkat yaitu apa yang disebut dengan ecological intelligence. Bukan tentang cara kita membuang sampah, atau pakai produk daur ulang tapi tentang bagaimana saya merasa terhubung dengan alam semesta ini.

Banyak ketakutan awalnya dan saya memikirkan keputusan ini satu tahun lamanya. Gimana kalau masuk bandara ya, gimana kalau job berkurang, gimana kalau masuk mall dan lain-lain. Ternyata ketakutan-ketakutan itu tidak terjadi. Semua itu tidak semenakutkan pikiran kita.

Kalau di mall saya sudah ancang-ancang jawaban kalau ditolak;

“Pak kalau di mall ini kalau orang itu kelihatan paha bapak bolehin masuk, keliatan ketiak boleh masuk, kelihatan puser boleh masuk, masa kelihatan kaki nggak boleh masuk?”

Tapi nggak pernah kepake karena selama ini saya nggak pernah ditolak masuk mall, hahaha.

Melakukan ini saya jadi berpikir bahwa di dunia ini yang paling berat ini bukan menjalani tapi memikirkan apa yang belum kita jalani.

3.      Memiliki sesedikit mungkin dan memberi sebanyak-banyaknya

Untuk apa memberikan segala sesuatunya untuk anak kita dari alam ini lalu mewariskan bumi yang rusak untuk cucu kita.  Setelah saya berpikir cukup dalam, saya harus melakukan sesuatu paling nggak untuk diri kita sendiri, untuk mengurangi mengambil dari alam ini sendiri tapi sebaliknya memberi lebih banyak.

Sayapun akhirnya berpikir untuk melakukan seminimalis mungkin dalam hidup saya kemudian memberi lebih banyak. Misalnya setiap buku saya tercetak “Happiness Inside” dan “99 Wisdom” saya menanam pohon untuk mengembalikan kebaikan alam. Untuk menguranginya adalah saya tidak menggunakan sabun, shampoo, pasta, trus plastik daur ulang atau nggak, saya tidak menggunakan kimia-kimia yang ada. Baju saya hanya satu koper saja. Jadi satu koper itu hidup saya di situ.

Selama hampir satu tahun saya tidak menyentuh rumah saya. Rumah saya itu saya buka untuk umum siapapun boleh tinggal yang di ubud. Waktu itu saya satu tahun jalan-jalan berarti saya Cuma butuh satu koper itu saja. Seluruh barang yang lain tidak diperlukan dan lebih baik dimanfaatkan untuk orang lain. tidak akan ada barang baru sampai barang itu rusak. Kalau saya beli satu baju maka baju lain harus keluar dari koper.

4.      Tri Hitakarana (Manusia, Alam dan Tuhan)

Sustainable SDG’s Goal Pyramid bilang bahwa sebenernya ada 3 cara untuk mencapai kebahagiaan yang terinspirasi dari konsep Tri Hitakarana dari Bali. Damai dengan orang lain, damai dengan lingkungan dan damai dengan spiritual. Saya setuju sekali dengan itu.

Ngomong soal Tuhan itu susah sekali, abstrak sekali untuk mencapai itu pikiran kita susah untuk menjangkaunya. So, guru tertua kita kakak tertua kita adalah alam yang telah jauh hidup sebelum kita. Kalau kita susah sekali untuk menjangkau keagungan Tuhan maka kita bisa belajar dari alam yaitu kakak kita sendiri. Kita bisa melihat pohon bagaimana ia begitu tulusnya. Kahlil Ghibran pernah mengatakan;

“Pohon itu bagaikan petapa agung yang bermeditasi menghadap cahaya dengan keheningan sempurna. Bagaimana dia memberikan begitu banyak hal. Pohon memerlukan tanah, tapi dia mengikat tanah. Dia perlu air tapi dia menampung air. Dia memerlukan udara tapi dia mengeluarkan oksigen. Dia memerlukan panas tapi dia juga memberikan keteduhan . Dia memerlukan sesuatu tapi dia juga memberikan lebih pada kehidupan ini dan keikhlasannya ketika ia dipotong, dia ikhlas untuk itu dan ketika buahnya diambil dia tidak marah dan terus memberi.”

Kalau pada manusia saya rasa semua agama mengatakan hal yang sama. Tapi yang menarik adalah spiritual itu sendiri. Saya percaya bahwa manusia itu tidak pernah bermasalah dengan apapun dan siapapun di luar dirinya sendiri. Kita itu bermasalah dengan ego kita, keserakahan kita , kebencian kita, kemarahan kita dan seluruh dengan apa yang ada dalam diri kita. So, ketika kita punya masalah jangan cari jalan keluar tapi cari jalan ke dalam. So, perjalanan ke dalam ini adalah perjalanan ke spirit kita. Kan ada satu kata-kata bagus;

“Kita ini bukan manusia yang berpengalaman spiritual tapi kita spirit yang sedang berpengalaman manusia.”

Kita harus sadari bahwa kita makhluk spiritual itu sendiri dan kita harus terhubung dengan diri kita.

Bersyukur, ikhlas, sabar itu nggak bisa hanya dengan baca buku nggak bisa hanya dengan kata-kata. Kita perlu berusaha. Selama ini kan kita diajari bagaimana mencapai, menggapai, meraih, merangkul. Tangan yang bergenggam erat itu bersahabat dengan ketegangan. Tidak bisa memberi apalagi menerima. So, ikhlas itu kan kebalikannya tentang melepas itu sendiri. Nah melepas itu perlu dilatih bahkan setiap hari.

Saya mau bertanya, dalam kehidupan kita lebih banyak hal-hal yang kita inginkan tercapai atau yang tidak tercapai? Yang kita inginkan pasti keinginan yang tidak tercapai. Berarti kita perlu untuk memperlebar penerimaan kita, keikhlasan kita tapi selama ini kan dari sekolah dulu kecil kita diajarin mencapai tapi kemampuan untuk melepas itu nggak dilatih.

Padahal kalau kita mau lihat itu anak bayi yang baru lahir tangannya tergenggam ketika kita meninggal nanti tanggan kita terbuka sehingga perjalanan kehidupan ini adalah perjalanan melepas bukan perjalanan menggenggam.

Coba kita lihat anak kecil itu jauh lebih bahagia daripada orang dewasa. Anak kecil memaafkan lebih cepat dari orang dewasa. Artinya kita ini waktu kecil udah bahagia banget tapi semakin banyak yang masuk dalam diri kita sehingga kita semakin tua semakin ribet semakin riweuh semakin kacau semakin susah memaafkan. Berarti ada sesuatu yang masuk yang salah, dan saya percaya bahwa itu karena kita diajari mencapai, menggapai, meraih terus seperti itu tanpa dibarengi oleh kemampuan untuk melepaskan, rasa berserah dan sebagainya.

Salah satu cara saya untuk melakukan ini bahwa untuk buku karya saya diberikan label Copyleft buka copyright (kebalikan). Siapapun boleh meng-copy sebagian atau seluruh isi buku saya kemudian mengganti nama saya dengan nama siapapun. Kalaupun ada orang yang kaya akibat itu saya juga berbahagia karena saya juga mendapatkan inspirasinya secara gratis, Tuhan juga nggak pernah ngasih hak cipta untuk semua barang-barangnya. Yang kedua saya punya toko online namanya “Wisdom Shop”, siapapun yang pesan kita langsung kirim kita nggak pernah nanya mereka sudah bayar atau tidak atau cek rekening. Ketika ada orang yang tidak puas kita akan kirim uang kembali atau barangnya. Itu bukan untuk customer tapi untuk saya melatih keikhlasan itu sendiri.

Bersambung ...

Komentar

  1. ArenaDomino Partner Terbaik Untuk Permainan Kartu Anda!
    Halo Bos! Selamat Datang di ( arenakartu.org )
    Arenadomino Situs Judi online terpercaya | Dominoqq | Poker online
    Daftar Arenadomino, Link Alternatif Arenadomino Agen Poker dan Domino Judi Online Terpercaya Di Asia
    Daftar Dan Mainkan Sekarang Juga 1 ID Untuk Semua Game
    ArenaDomino Merupakan Salah Satu Situs Terbesar Yang Menyediakan 9 Permainan Judi Online Seperti Domino Online Poker Indonesia,AduQQ & Masih Banyak Lain nya,Disini Anda Akan Nyaman Bermain :)

    Game Terbaru : Perang Baccarat !!!

    Promo :
    - Bonus Rollingan 0,5%, Setiap Senin
    - Bonus Referral 20% (10%+10%), Seumur Hidup


    Wa :+855964967353
    Line : arena_01
    WeChat : arenadomino
    Yahoo! : arenadomino

    Situs Login : arenakartu.org

    Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )
    Min. DEPO & WD Rp 20.000,-

    INFO PENTING !!!
    Untuk Kenyamanan Deposit, SANGAT DISARANKAN Untuk Melihat Kembali Rekening Kami Yang Aktif Sebelum Melakukan DEPOSIT di Menu SETOR DANA.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Nasi Ketan Kuning

Dokpri Pengalaman jadi anak kost untuk pertama kalinya ketika merantau ke Lampung selama 9 bulan membuatku sehari-hari terbiasa menyiapkan makanan sendiri. Kebetulan di kosan setiap hari selalu masak karena aku dan kawan kost tak terlalu tertarik dengan menu makanan yang dijual di luar. Selain itu, hemat juga kaaann. Nah seringnya masak membuat pelan-pelan aku terdorong mencoba menu-menu baru. Salah satunya ketika diberi beras ketan oleh ibu guru. Awalnya bingung mau diapakan, akhirnya karena aku suka kunyit, kenapa tak kubikin ketan kuning saja, pikirku. Hari itu pun tiba, tapi aku tak ingin bahas tutorial cara membuat nasi ketan kuning karena infonya sudah tak terhitung di Om Google. Yang menarik untukku adalah, aku menemukan satu makna tersembunyi dari makanan yang satu ini. Begini ceritanya ... Awalnya aku membuat nasi ketan kuning sedikit terlebih dahulu sebagai tahap awal percobaan. Hasilnya? Enak tapi terlalu lembek. Pelajarannya adalah, jumlah airnya harus aku kur

Jaling, Lalapan Super dari Lampung

Kenalkan. Ini adalah Jaling. Lalapan yang katanya masih satu geng dengan jengkol dan Pete. Aku menemukan ini pertama kali di Lampung ketika diajak makan bersama oleh Kantor di sebuah rumah makan dan kedua kalinya ketika makan bersama dengan kader Posyandu. Katanya, ini adalah lalapan khas Lampung. Aku dari kecil tidak dibiasakan orang tua makan Pete dan jengkol entah kenapa, sehingga sampai sekarang aku jadi nggak suka rasanya. Teman-teman suka meledek, "Sunda macam apa kamu nggak suka makan Pete jengkol." Hahaha oke-oke emang agak nggak sesuai sama orang Sunda kebanyakan ya. Jadi nggak heran kalau aku juga nggak suka dengan Jaling ini. Waktu itu diminta nyoba oleh Kader, kuicip dengan menggigit sedikit dan rasanya ... Wow ... Lebih tidak enak dari jengkol buatku. Ditambah aromanya yang jauh lebih menyengat berkali-kali lipat. Si Jaling ini masuk daftar lalapan yang belum cocok mampir di lidahku. Tapi terlepas dari itu, aku selalu senang bertemu makanan khas yang jar