Langsung ke konten utama

Kampung Bebak dan Mitos Air Kelapa Keramat



Maret 2019, satu tahun yang lalu, aku berkesempatan mengadakan pengabdian masyarakat selama 10 hari di salah satu daerah 3T (Terluar, Terdepan dan Tertinggal) tepatnya di Pulau Mapur, Bintan, Kepulauan Riau. Laut di sana sudah berbatasan dengan laut negara tetangga yaitu Singapura. Waktu itu aku mendapatkan tanggung jawab untuk menjadi koordinator divisi lingkungan. Kesempatan yang begitu istimewa bagiku. Dapat kesempatan berbagi ilmu sekaligus jalan-jalan secara gratis. Waktu itu aku berangkat bersama 14 orang lainnya sudah termasuk panitia.

Satu dari 10 hari selama di sana, kami habiskan di salah satu kampung kecil yang ada di pulau Mapur. Untuk menuju ke sana kami harus menempuh jarak naik pompong (perahu kecil) untuk menyusuri pinggir pulau Mapur selama 1 jam, karena kalau lewat darat jalannya begitu jelek dan tidak bisa lewat mobil. Kami bawa banyak barang, tak memungkinkan jika jalur darat.

Kampung Bebak adalah kampung paling kecil di Pulau Mapur, aku lupa jumlah penduduknya, yang jelas hanya ada puluhan KK. Di sana ada satu sekolah kecil namanya SDN 004 Bintan Pesisir Kelas Jauh. Kami melakukan pembinaan kepada anak-anak di sana yang jumlahnya tak sampai 50 anak serta membuka pemeriksaan kesehatan gratis juga membagikan pakaian-pakaian bekas, hasil sumbangan yang begitu menggunung.

Di jam istirahat anak-anak sekolah, kami iseng untuk ikut jajan bersama mereka. Tak banyak pilihan makanan, yang kuingat hanya ada satu warung yang menjual aneka snack dan minuman, serta seorang nenek yang duduk lesehan berjualan bihun goreng dan kerupuk seharga seribuan per mangkuk kecil. Ternyata, nenek tersebut adalah ibu dari Kepala Desa setempat. Pikirku, “anaknya sudah cukup sukses di kampung, kenapa masih harus berjualan?”. Katanya,  ia tidak betah di rumah, nggak enak kalau nggak punya kegiatan. Di sekolah, dia bisa banyak bergerak juga bertemu anak-anak. Itu melebihi kebahagiaan materi untuknya.


Kami pun ikut membeli bihun yang ia jajakan sambil banyak mengobrol tentang Kampung Bebak. Dari semua obrolan yang paling berkesan bagiku adalah mitos penduduk setempat dimana orang baru dilarang meminum air kelapa Kampung Bebak, jika mau minum minimal ia sudah tinggal di Kampung Bebak selama 3 bulan. Kalau melanggar, orang itu bisa sakit atau bahkan sampai meninggal. Hancur hati kami mendengar ada aturan seperti itu karena dalam benak, diam-diam kami sudah mengincar akan mengambil buah kelapa. Bak di daerah pesisir lainnya, Kampung Bebak punya cuaca panas yang nggak ketulungan. Ribuan pohon kelapa berjajar bahkan di tengah pemukiman warga. Di tengah cuaca panas nan terik, minum air kelapa sungguh adalah remah kenikmatan surga, namun ada aturan seperti itu, kami mencoba patuh di jam-jam pertama, nggak tahu kalau agak sorean yaaa.

Selama berkegiatan di Kampung Bebak, kami dijamu oleh satu keluarga muslim taat yang merupakan pendatang yang sudah cukup lama tinggal. Sambil makan siang, kamipun bercerita soal mitos air kelapa lalu mereka berucap, “Nggak apa-apa kok kalau mau minum. Itu kan tergantung dengan keyakinan kita masing-masing.” Entah kenapa, tanpa pembahasan terlalu banyak dengan 14 teman lainnya, hati kami seolah sepakat untuk berburu buah kelapa setelahnya. 2 teman kami, Bang Udin dan Bang Aldi yang bertubuh tinggi besar sudah menyiapkan golok milik bu RT yang diikat dipinggang. Mereka memberikan kode, mengajak aku, Fadli dan Ainun mengambil buah kelapa di dekat rumah warga. Sementara sebagian lainnya menyiapkan kebutuhan kegiatan.

Momen itu pun terjadi. Aku, Fadli, Ainun, Bang Udin dan Bang Aldi minum air kepala dengan daging buah yang begitu nikmatnya. Aih sudah tidak bisa dibayangkan kebahagiaan kami. Namun nun agak jauh dari tempat kami berpesta, ada sebuah gubuk kayu yang sedang dihuni oleh beberapa warga yang tengah mengobrol. Mereka memperhatikan kami sambil membicarakan sesuatu yang dalam hati aku yakin, mereka sedang membicarakan peraturan yang tengah kami langgar. Dilihat dari tatapan mereka seolah menyiratkan, “Anak-anak ini memang tidak ada takut-takutnya.”

Aku merasa punya tekanan mental tersendiri melihat respon mereka, namun tampaknya kawan-kawanku yang lain tidak ambil pusing. Hatiku komat kami berdoa ini itu berharap tak terjadi apa-apa. Kami membawa beberapa buah kelapa juga untuk dinikmati oleh teman-teman lain, namun ternyata mereka juga sudah mengambil buah kelapa entah darimana. So, kesimpulannya semua dari kami sudah melakukan “dosa” yang sama. Semua atas bujuk rayuan hawa nafsu namun diiringi pembenaran bahwa ada keyakinan yang juga patut kami pegang teguh. Tapi setelah kupikir lagi, ada baiknya kita tetap menghormati budaya dan keyakinan masyarakat setempat.

Khilaf bersama. maafkan hehehe
Rasa sesal bertambah ketika menjelang senja kami main voli bersama penduduk. Aku berdiri di antara net ketika jeda, lalu ada seorang bapak hendak membetulkan jaring net yang loyo sambil berucap, “Di sini kalau orang baru minum air kelapa, nggak lama bisa-bisa ia langsung sakit.” Sepertinya hanya aku yang mendengar si bapak bicara seperti itu, namun akhirnya kuceritakan juga pada teman-teman. Respon mereka masih sama, namun dalam hati aku tak tahu perasaan macam apa yang mereka punya.

Sehabis magrib, kami meninggalkan Kampung Bebak dan hari-hari berlalu sampai kami pulang ke rumah masing-masing dengan selamat. Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa pada kami semua. Namun beberapa minggu kemudian, Bang Udin bercerita di grup kalau ia mengeluh sakit. Kami respon keluhannya dengan canda “Hayo lo bang, efek air kelapa bebak baru terasa sekarang yaaa hahaha.” Oke nggak usah overthinking, dia memang sakit biasa, Bang Udin tak lama sembuh dan nafsu makannya memuncak kembali seperti biasa.

Setelah kupikir, hal yang paling kusesali selama perjalanan 10 hari itu adalah melanggar mitos dan aturan penduduk setempat. Kita memang boleh punya keyakinan, namun tak ada salahnya mematuhi peraturan sebagai tanda kalau kita juga menghormati keyakinan mereka.

Agaknya ini menjadi pelajaran penting bagi kami semua bahwa ada hal penting lainnya dari memiliki keyakinan, yaitu menghormati keyakinan orang lain.

Jangan ditiru ya teman-teman, hehehe.

Komentar

  1. ArenaDomino Partner Terbaik Untuk Permainan Kartu Anda!
    Halo Bos! Selamat Datang di ( arenakartu.org )
    Arenadomino Situs Judi online terpercaya | Dominoqq | Poker online
    Daftar Arenadomino, Link Alternatif Arenadomino Agen Poker dan Domino Judi Online Terpercaya Di Asia
    Daftar Dan Mainkan Sekarang Juga 1 ID Untuk Semua Game
    ArenaDomino Merupakan Salah Satu Situs Terbesar Yang Menyediakan 9 Permainan Judi Online Seperti Domino Online Poker Indonesia,AduQQ & Masih Banyak Lain nya,Disini Anda Akan Nyaman Bermain :)

    Game Terbaru : Perang Baccarat !!!

    Promo :
    - Bonus Rollingan 0,5%, Setiap Senin
    - Bonus Referral 20% (10%+10%), Seumur Hidup


    Wa :+855964967353
    Line : arena_01
    WeChat : arenadomino
    Yahoo! : arenadomino

    Situs Login : arenakartu.org

    Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )
    Min. DEPO & WD Rp 20.000,-

    INFO PENTING !!!
    Untuk Kenyamanan Deposit, SANGAT DISARANKAN Untuk Melihat Kembali Rekening Kami Yang Aktif Sebelum Melakukan DEPOSIT di Menu SETOR DANA.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Nasi Ketan Kuning

Dokpri Pengalaman jadi anak kost untuk pertama kalinya ketika merantau ke Lampung selama 9 bulan membuatku sehari-hari terbiasa menyiapkan makanan sendiri. Kebetulan di kosan setiap hari selalu masak karena aku dan kawan kost tak terlalu tertarik dengan menu makanan yang dijual di luar. Selain itu, hemat juga kaaann. Nah seringnya masak membuat pelan-pelan aku terdorong mencoba menu-menu baru. Salah satunya ketika diberi beras ketan oleh ibu guru. Awalnya bingung mau diapakan, akhirnya karena aku suka kunyit, kenapa tak kubikin ketan kuning saja, pikirku. Hari itu pun tiba, tapi aku tak ingin bahas tutorial cara membuat nasi ketan kuning karena infonya sudah tak terhitung di Om Google. Yang menarik untukku adalah, aku menemukan satu makna tersembunyi dari makanan yang satu ini. Begini ceritanya ... Awalnya aku membuat nasi ketan kuning sedikit terlebih dahulu sebagai tahap awal percobaan. Hasilnya? Enak tapi terlalu lembek. Pelajarannya adalah, jumlah airnya harus aku kur

Jaling, Lalapan Super dari Lampung

Kenalkan. Ini adalah Jaling. Lalapan yang katanya masih satu geng dengan jengkol dan Pete. Aku menemukan ini pertama kali di Lampung ketika diajak makan bersama oleh Kantor di sebuah rumah makan dan kedua kalinya ketika makan bersama dengan kader Posyandu. Katanya, ini adalah lalapan khas Lampung. Aku dari kecil tidak dibiasakan orang tua makan Pete dan jengkol entah kenapa, sehingga sampai sekarang aku jadi nggak suka rasanya. Teman-teman suka meledek, "Sunda macam apa kamu nggak suka makan Pete jengkol." Hahaha oke-oke emang agak nggak sesuai sama orang Sunda kebanyakan ya. Jadi nggak heran kalau aku juga nggak suka dengan Jaling ini. Waktu itu diminta nyoba oleh Kader, kuicip dengan menggigit sedikit dan rasanya ... Wow ... Lebih tidak enak dari jengkol buatku. Ditambah aromanya yang jauh lebih menyengat berkali-kali lipat. Si Jaling ini masuk daftar lalapan yang belum cocok mampir di lidahku. Tapi terlepas dari itu, aku selalu senang bertemu makanan khas yang jar

Belajar Seni Melepaskan dari Gobind Vashdev Part I

Sumber foto : treindonesia Mendengarkan podcast, hobi baruku hampir setahun belakangan ini untuk mengisi waktu luang. Kadang kuputar sambil bersiap menuju tempat kerja atau sambil setrika baju, berkebun atau bahkan sambil masak. Salah satu podcast yang paling banyak kuputar adalah Podcast Inspigo : Inspiration on the Go dengan tema random mulai dari karir, percintaan, finansial dan lain-lain tapi tema kesukaanku adalah tentang Mindfulness. Podcast bagiku sangat membantu membuka perspektif-perspektif baru dan berlatih memahami ide dan sudut pandang orang lain yang mungkin bisa turut mempengaruhi sudut pandang kita. Salah satu yang paling berkesan bagiku adalah Podcast dengan narasumber Gobind Vashdev, seorang pria berdarah india yang berprofesi sebagai penulis dan pelatih self healing. Dia sebetulnya lebih senang dipanggil sebagai Heartworker atau pekerja hati. Aku tak tahu siapa dia sebetulnya. Baru kenalan dengannya 2 hari yang lalu ketika aku mendengarkan Inspigo sambil ber