Langsung ke konten utama

Teluk Kiluan dan Manajemen Ekspektasi



Setiap perjalanan mengajarkan setidaknya satu hal, dua hal atau lebih banyak hal. Tergantung mata kita mau melihat pelajaran itu atau mengabaikannya.

Januari 2020, Aku, Rima, Une dan Mersa memutuskan untuk liburan bersama ke Teluk Kiluan dalam rangka liburan tahun baru sekaligus jalan-jalan perpisahan dengan Rima yang akan pulang duluan dari Lampung sebelum kami menyusul di bulan April. Teluk Kiluan terkenal dengan atraksi lumba-lumba mencari makan di pagi hari. Tempat ini adalah primadona yang tak kalah indahnya dengan pamor Pulau Pahawang di Lampung. Tak heran kalau teluk ini jadi salah satu destinasi yang menarik perhatian kami. Tujuannya tentu saja, ingin melihat gerombolan lumba-lumba secara langsung juga.

Kami sampai di Teluk Kiluan pada malam hari setelah sebelumnya berwisata ke Taman Nasional Way Kambas. Teluk Kiluan terletak di Kabupaten Tenggamus, Lampung. Pada tahun 2016 aku pernah sekedar lewat Tenggamus untuk menuju Pantai Gigi Hiu di Kalumbayan. Jalan menuju ke sana cukup panjang dari Pesawaran dan tidak mengalami banyak perubahan. Banyak jalan berlubang dan berkelok. Harus sangat hati-hati.

Kami sampai malam hari dan langsung istirahat di penginapan sebelum esok harinya kami akan mengarungi lautan pagi-pagi menggunakan perahu kecil yang hanya muat dinaiki 3 orang. Tak disangka, pemilik penginapan yang kami tuju adalah mantan sekretaris Desa Tanjungan, desa yang tak jauh dari rumah kami di penempatan Katibung, Lampung Selatan. Namanya Pak Sarmin. Mersa yang merupakan sekretaris desa Sukajaya (masih satu kecamatan dengan Desa Tanjungan) langsung akrab begitu saja. Tak usah ditanya, mereka akan menyebutkan daftar nama yang sama-sama mereka kenal dan itu membuat mereka semakin rekat sebagai sesama sekretaris desa entah dulu dan sekarang.

Esok harinya, matahari masih malu-malu tapi kami sudah bersiap. Tak mau kehilangan kesempatan istimewa memandang lumba-lumba dengan mata telanjang walau harus bertarung dengan ombak pagi. Pukul 6 pagi tapi masih cukup gelap dan langit masih berwarna biru tua, mesin dari  2 kapal kecil yang kami sewa mulai menggerung, dipanaskan oleh guide yang mengantar kami. Aku satu perahu dengan Rima sementara Une dengan Mersa. Tak lama, kami meluncur menuju TKP. Kata guide kami, perlu waktu 1 jam menuju spot yang biasanya terdapat banyak lumba-lumbanya. Pagi itu, aku begitu menikmati perjalanan di perahu kecil kami sambil menyeruput kopi lampung yang disediakan ibu penginapan. Kupindahkan ke termos kecil hadiah dari seorang kawan. Nikmat sekali. Such a beautiful morning, memang agak mendung waktu itu namun hatiku cerah sekali rasanya.




1 jam mengarungi laut Kiluan, kami sampai di tempat yang dimaksud.Tempatnya masih di tengah laut dan kami tidak stay di situ melainkan mengelilingi area itu terus menerus sambil menunggu lumba-lumba datang. Mataku melirik sekeliling, ingin menangkap keberadaan mereka, namun setengah jam sudah, belum ada tanda-tanda mereka muncul ke permukaan. Mungkin kami datang terlalu pagi, pikirku.

Akhirnya kami terus mengelilingi spot yang sama selama 2 jam lamanya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi namun belum terlihat sedikitpun tanda-tanda mereka. Aku dan Rima beberapa menit sampai ketiduran. Di belakang, bapak tour guide kami nyeletuk;

“Biasanya ada mereka tiap pagi cari makan. Saya juga suka kesel kalau ngantar tamu tapi lumba-lumbanya nggak ada. Mungkin karena tadi ada perahu besar lewat.”Ucapnya singkat

Lumba-lumba memang tak nyaman kalau ada suara mesin perahu terlalu keras sehingga bisa menahan mereka untuk ke permukaan. Oleh karena itu kami pakai perahu sangat kecil. Dan memang betul, kami sempat melihat ada satu perahu besar bermotor melintas. Apa betul karena itu? Atau karena lumba-lumbanya sedang puasa? Hahaha, entahlah.

Perahu kami dan perahu Une selalu saling papas selama 3 jam berkeliling itu, meskipun cukup jauh tapi kami pasti punya perasaan yang sama dan saling tatap dengan makna yang sama. Bertanya-tanya dan hampir putus asa. Mungkin mereka memang tidak akan datang. Setelah hari cukup siang kami main sebentar di pulau terdekat lalu kembali lagi ke penginapan untuk makan siang.


Sesampainya di sana, ibu Melly (istri Pak Sarmin) geleng-geleng kepala.

“Ibaratnya dari 1000 kunjungan paling Cuma satu kejadian kayak gitu. Ya ampun ini kalian kebeneran banget. Bisa jadi kalian kejadian yang satunya itu. Sabar ya.” Ucapnya.

Yasudahlah, tak apa-apa. Kadang memang tak boleh terlalu percaya diri atau terlalu berharap banyak. Apalagi dengan alam yang begitu dinamis dan kami begitu kecil untuk sekedar “mengatur-nya” sesuai keinginan. Alam tetap bersahabat di pagi yang awalnya mendung itu. Perahu yang naik turun karena ombak, kopi lampung hangat di tengah laut, pergi dengan kawan-kawan terbaik dan masih bisa tertawa-tawa selama perjalanan, adalah hal yang tidak boleh dilupakan, kami tetap jalan-jalan. Tidak bertemu lumba-lumba hanya satu ketidaksenangan di antara ribuan kesenangan lainnya selama perjalanan.

Tujuan itu bonus, perjalanan menuju tujuan itu adalah proses sebenar-benarnya yang tak boleh lupa kita nikmati. Perjalanan ke Kiluan mengajarkan kami soal manajemen ekspektasi. Memanajamen harapan apalagi terhadap sesuatu yang belum pasti serta di luar kendali. Kalo aku pribadi tidak benar-benar kecewa, biasa saja karena pada akhirnya aku mengerti seharusnya tujuan perjalanan ini adalah menikmati setiap kebersamaan yang ada.

“Perjalanan tak pernah berjanji menyelamatkan kita dari kesedihan, namun membuka pintu keberanian menemukan keindahan yang Tuhan sediakan.”

Komentar

  1. ArenaDomino Partner Terbaik Untuk Permainan Kartu Anda!
    Halo Bos! Selamat Datang di ( arenakartu.org )
    Arenadomino Situs Judi online terpercaya | Dominoqq | Poker online
    Daftar Arenadomino, Link Alternatif Arenadomino Agen Poker dan Domino Judi Online Terpercaya Di Asia
    Daftar Dan Mainkan Sekarang Juga 1 ID Untuk Semua Game
    ArenaDomino Merupakan Salah Satu Situs Terbesar Yang Menyediakan 9 Permainan Judi Online Seperti Domino Online Poker Indonesia,AduQQ & Masih Banyak Lain nya,Disini Anda Akan Nyaman Bermain :)

    Game Terbaru : Perang Baccarat !!!

    Promo :
    - Bonus Rollingan 0,5%, Setiap Senin
    - Bonus Referral 20% (10%+10%), Seumur Hidup


    Wa :+855964967353
    Line : arena_01
    WeChat : arenadomino
    Yahoo! : arenadomino

    Situs Login : arenakartu.org

    Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )
    Min. DEPO & WD Rp 20.000,-

    INFO PENTING !!!
    Untuk Kenyamanan Deposit, SANGAT DISARANKAN Untuk Melihat Kembali Rekening Kami Yang Aktif Sebelum Melakukan DEPOSIT di Menu SETOR DANA.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Nasi Ketan Kuning

Dokpri Pengalaman jadi anak kost untuk pertama kalinya ketika merantau ke Lampung selama 9 bulan membuatku sehari-hari terbiasa menyiapkan makanan sendiri. Kebetulan di kosan setiap hari selalu masak karena aku dan kawan kost tak terlalu tertarik dengan menu makanan yang dijual di luar. Selain itu, hemat juga kaaann. Nah seringnya masak membuat pelan-pelan aku terdorong mencoba menu-menu baru. Salah satunya ketika diberi beras ketan oleh ibu guru. Awalnya bingung mau diapakan, akhirnya karena aku suka kunyit, kenapa tak kubikin ketan kuning saja, pikirku. Hari itu pun tiba, tapi aku tak ingin bahas tutorial cara membuat nasi ketan kuning karena infonya sudah tak terhitung di Om Google. Yang menarik untukku adalah, aku menemukan satu makna tersembunyi dari makanan yang satu ini. Begini ceritanya ... Awalnya aku membuat nasi ketan kuning sedikit terlebih dahulu sebagai tahap awal percobaan. Hasilnya? Enak tapi terlalu lembek. Pelajarannya adalah, jumlah airnya harus aku kur...

Jaling, Lalapan Super dari Lampung

Kenalkan. Ini adalah Jaling. Lalapan yang katanya masih satu geng dengan jengkol dan Pete. Aku menemukan ini pertama kali di Lampung ketika diajak makan bersama oleh Kantor di sebuah rumah makan dan kedua kalinya ketika makan bersama dengan kader Posyandu. Katanya, ini adalah lalapan khas Lampung. Aku dari kecil tidak dibiasakan orang tua makan Pete dan jengkol entah kenapa, sehingga sampai sekarang aku jadi nggak suka rasanya. Teman-teman suka meledek, "Sunda macam apa kamu nggak suka makan Pete jengkol." Hahaha oke-oke emang agak nggak sesuai sama orang Sunda kebanyakan ya. Jadi nggak heran kalau aku juga nggak suka dengan Jaling ini. Waktu itu diminta nyoba oleh Kader, kuicip dengan menggigit sedikit dan rasanya ... Wow ... Lebih tidak enak dari jengkol buatku. Ditambah aromanya yang jauh lebih menyengat berkali-kali lipat. Si Jaling ini masuk daftar lalapan yang belum cocok mampir di lidahku. Tapi terlepas dari itu, aku selalu senang bertemu makanan khas yang jar...

Belajar Seni Melepaskan dari Gobind Vashdev Part I

Sumber foto : treindonesia Mendengarkan podcast, hobi baruku hampir setahun belakangan ini untuk mengisi waktu luang. Kadang kuputar sambil bersiap menuju tempat kerja atau sambil setrika baju, berkebun atau bahkan sambil masak. Salah satu podcast yang paling banyak kuputar adalah Podcast Inspigo : Inspiration on the Go dengan tema random mulai dari karir, percintaan, finansial dan lain-lain tapi tema kesukaanku adalah tentang Mindfulness. Podcast bagiku sangat membantu membuka perspektif-perspektif baru dan berlatih memahami ide dan sudut pandang orang lain yang mungkin bisa turut mempengaruhi sudut pandang kita. Salah satu yang paling berkesan bagiku adalah Podcast dengan narasumber Gobind Vashdev, seorang pria berdarah india yang berprofesi sebagai penulis dan pelatih self healing. Dia sebetulnya lebih senang dipanggil sebagai Heartworker atau pekerja hati. Aku tak tahu siapa dia sebetulnya. Baru kenalan dengannya 2 hari yang lalu ketika aku mendengarkan Inspigo sambil ber...